Namanya Eva, yang Kala ingat dari pertemuan pertama mereka adalah senyum cewek itu yang mampu membuat jantung Sekala Bagaskara berdegup tidak beraturan untuk pertama kalinya.
Apa itu Cinta pada pandangan pertama? Kala tidak paham saat itu, yang dia tahu dia hanya merasa bahagia setiap kali melihat senyum Eva. Setiap kali Eva memanggil namanya dengan lembut, setiap kali Kala mendengarkan Eva bermain piano.
Apa ini yang namanya Cinta? Tapi, untuk remaja tujuh belas tahun seperti dia Kala tidak benar-benar mengerti apa itu Cinta sebenarnya. Kalau Kala ingat-ingat, Eva selalu ada di sampingnya saat Kala membutuhkan support system dari cewek itu. Tapi Kala, tidak pernah ada saat Eva membutuhkan nya. Egois? Sangat. Dan Kala menyesalinya kemudian.
Saat itu akhir semester ganjil kelas tiga SMA, semester baru dimana seharusnya dia lebih giat belajar karena kelulusan sudah di depan mata. Tapi pagi itu, saat dia masuk ke dalam kelas dia menemukan sepotong sapu tangan di atas meja dan sepucuk surat di dalam amplop merah jambu dengan tulisan tangan Eva di depannya.
Untuk Sekala,
Begitu kalimat yang terdapat di depan amplopnya.
Kala membuka amplop itu, membaca surat di dalamnya pelan-pelan. Mencerna setiap kata yang ditulis Eva dalam surat itu, hingga dia mendapat satu kesimpulan setelah membaca isi suratnya sampai akhir.
Itu adalah surat perpisahan.
***
"Dimana Eva sekarang?"
Kala berhasil keluar dari keterkejutannya, sama sekali tidak menyangka senior yang ada di hadapannya ini adalah kakak dari Cinta pertamanya. Apa karena itu Brian selalu membuat masalah dengan Kala? Tapi kenapa? Bukan seharusnya Kala yang marah di sini karena sudah jelas Eva meninggalkannya. Hanya lewat sepucuk surat.
"Apa peduli lo?"
"Gue mau ketemu sama dia."
"Buat apa? Apa sekarang lo udah peduli sama keadaan dia? Apa sekarang lo baru nganggap adik gue ada?"
Kala menelan ludahnya kasar, pertanyaan Brian membuat Kala kembali mengingat memori lamanya bersama Eva. Benar, dulu dia nggak pernah peduli sama cewek itu. Apa dia pernah menanyakan keadaannya? Apa dia pernah menanyakan hari nya? Waktu itu hanya Kala yang menerima segalanya dari Eva, apa yang sudah Kala berikan untuk Eva?
"Karena itu..." Kala menatap pada kedua Netra kelam Brian, "karena gue banyak salah sama Eva, gue mau minta maaf sama dia. Gue mau minta maaf buat kesalahan gue dulu sama dia."
"Udah terlambat."
Badan Kala menegang, kenapa hatinya merasakan sesuatu yang tidak enak. Kala tidak ingin memikirkan hal-hal buruk. Kala mengambil satu langkah lebih maju lagi, berdiri berhadap-hadapan dengan Brian yang sekarang tidak lagi menunjukan kemarahan. Justru Kala melihat ekspresi kesedihan di wajah seniornya itu. Kenapa? Kenapa Brian terlihat sesedih ini?
"Apa maksud lo, Bang?"
Brian diam, mengalihkan pandangan dari Kala yang menatapnya lekat menuntut penjelasan. Bagaimana Brian harus mengatakannya?
"Jelasin sama gue kenapa lo bilang udah terlambat!" Kala menarik kembali kerah kemeja Brian, memaksa cowok itu untuk menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bagaskara's : Nebula ✔
Teen Fiction[ Lokal Fiction Series ] Seperti ada kabut yang menyelimuti keluarga BAGASKARA. Kabut yang membungkus masalah yang terjadi di dalam nya dan hanya membuat orang berpikir bahwa mereka adalah keluarga yang sempurna. Tetapi, saat kabut itu perlahan...