Chapter 34

9.1K 1.9K 177
                                    

Langit turun dari mobil yang dikendarai Andra, di kursi sebelahnya Garda menurunkan kaca mobil. Sebuah pemandangan yang asing sebenarnya melihat Langit di jam ini sudah berada di depan sekolah, apalagi Andra dibuat terkejut karena Langit yang lebih dulu bertanya untuk mendapat tebengan ke sekolah. Bisa saja sih dia bareng Satya, cuma untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terkait kerahasiaan statusnya sebagai anggota keluarga Bagaskara, Langit memilih jalur aman saja.

"Makasih tumpangannya, Bang."

"Belajar yang bener, jangan bolos, jangan tidur di kelas." Garda menasihati yang dijawab dengan anggukan kepala oleh Langit.

"Bye." Langit melambaikan tangan sekilas sebelum berjalan memasuki gerbang sekolah barulah mobil Andra meluncur meninggalkan sekolah Langit.

Langit, menghela nafas kemudian menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Mata bulatnya menyisir sekeliling bangunan sekolah di depannya seakan-akan itu adalah pertama kalinya dia datang ke sekolah, aneh rasanya setelah sekian lama dia tidak datang tepat waktu seperti sekarang ini. Ada perasaan menyesal dalam dirinya, kenapa selama ini Langit tidak pernah serius untuk bersekolah? Mungkin karena waktu itu Langit merasa tidak memiliki tujuan? Tapi sekarang Langit memilikinya, dia memiliki tujuan yang membuatnya bersemangat datang ke sekolah setiap pagi.

Yaitu keluarganya.

Langit melangkahkan kaki dengan ringan melewati lapangan sekolah, menaiki anak tangga menuju lantai dua, menyusuri koridor sekolah yang masih lenggang dengan ubin yang baru saja di bersihkan.

"Langit!"

Cowok kelas tiga itu menoleh, Marvin setengah berlari mendekatinya dengan senyum lebar di wajahnya.

"Nggak salah nih gue lihat lo jam segini udah ada di sekolah?" Marvin menggosok matanya sebentar, seolah tidak percaya kalau temannya yang suka datang terlambat itu sekarang datang bahkan lebih pagi darinya.

Langit berdecak jengkel, "Berisik!" apa tidak cukup semalam dia mendapat ledekan dari saudara-saudaranya perihal surat yang Langit tinggalkan waktu itu? Ugh! Langit tidak mau lagi menulis yang seperti itu nanti! Langit kembali menyusuri koridor bersama Marvin yang sibuk bicara, bercerita tentang apa saja yang terjadi dan yang terlewatkan oleh Langit selama Langit tidak masuk sekolah. Terutama berita besar mengenai desas-desus kalau ayah Christ tertangkap akibat penggelapan uang perusahaan. Berita itu sudah menjadi topik hangat di sekolah mereka selama beberapa hari belakangan ini.

"Wah, lihat siapa yang datang pagi ke sekolah." suara dengan nada menjengkelkan itu membuat Langit dan Marvin kompak menoleh ke belakang, "Langit Bagaskara udah balik ke sekolah." Gama dengan senyum miringnya berjalan mendekat.

Langit mendengus, "Lihat siapa yang dateng pagi ke sekolah kayak gue, Gamaliel si pecundang nomor satu nya Ozon."

Gama membalas tatapan Langit acuh, tak ingin memulai pertengkaran di pagi hari ini.

"Hari ini nggak bakal hujan petir kan, ya?" Marvin berkomentar sambil melihat langit cerah dan matahari yang mulai mengintip dari balik arakan awan. "Dua orang yang suka bolos dan buat masalah tiba-tiba dateng pagi ke sekolah, gue harap ini bukan tanda-tanda kiamat." Marvin pura-pura memasang wajah cemas, lalu ketiganya beriringan berjalan bersama. Pemandangan yang tidak biasa sebenarnya melihat tiga orang ini berjalan bersama dan terlihat akrab. Sedikit akrab.

"Lo jadi keluar dari Ozon?" Langit mengalihkan percakapan.

"Hah?" Marvin menoleh pada Gama yang berdiri di tengah dengan cepat, wajahnya nampak kaget. "Lo mau keluar dari Ozon, Gam?"

Gama hanya mengangguk, kedua tangannya ia masukan ke dalam celana, mengingat kembali beberapa hari lalu dia sudah bicara pada Christ tentang niatannya itu.

The Bagaskara's : Nebula ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang