Chapter 20

11.5K 2.2K 388
                                    

Garda sampai di rumah utama tepat pukul delapan malam, dia tahu sudah sangat terlambat untuk datang dari waktu yang disepakati yaitu pukul tujuh. Saat ia memasuki ruang makan, ibu, Satya, Kala juga oma mereka sudah berada di sana lengkap dengan makan malam yang Garda yakini hasil masakan sang ibu.

Wangi masakan ini adalah salah satu yang membuat Garda sering kali rindu pada rumah.

"Lama banget sih, Bang." protes Kala yang sudah menunggu sedari tadi, perutnya sudah diam-diam berbunyi. Cowok itu juga berpikir kalau cacing dalam perutnya mungkin sudah melakukan aksi demo masa saking kelaparan nya.

Garda tersenyum canggung, merasa tak enak juga karena membuat yang lain menunggunya. "Tadi ke makam ayah dulu." jawabnya.

Baik Kala dan Satya hanya mengangguk-angguk maklum,  mereka berdua juga tahu kalau di antara mereka bertiga Garda lah yang paling jarang berkunjung ke makam sang ayah. Mereka berdua juga tahu bahwa beberapa bulan terakhir ini Garda sibuk mengurus perusahaan mereka yang agak tersendat karena masalah Dylan dan mungkin juga masalah lain yang tidak mereka ketahui. Sekarang, Garda benar-benar menjadi sosok yang berusaha paling keras agar keluarga Bagaskara tetap seimbang.

"Lain kali kita barengan ya ke makam ayah." Satya yang duduk berhadapan dengan Garda menyunggingkan senyum kecil.

Garda mengangguk sekilas,lalu memutar badan menghadap ibunya yang duduk di kursi sebelahnya."Maaf, Ma. Garda telat. Mama jadi harus nungguin Garda." Garda menatap ibunya penuh rasa bersalah kemudian mencium punggung tangan sang ibu dan mendaratkan ciuman di pipi wanita itu. Menghirup Wangi yang sangat ia rindukan. "Selamat ulang tahun, Ma." Garda memegangi tangan Arora erat sambil sesekali mengelus punggung tangan dengan ibu jarinya, lantas cowok dua puluh tujuh tahun itu memeluk erat ibunya."Makasih karena sudah menjadi ibu yang paling terbaik buat Garda." Garda berbisik lembut pada Arora lalu menatap ibunya dalam, ia bisa melihat mata wanita itu berkaca-kaca.

"Makasih juga, Nak." Arora mengusap rambut Garda, lalu terus pada pipi anak lelakinya itu. "Makasih karena sudah menjadi anak mama dan ayah." Arora tersenyum, berusaha tak menjatuhkan air mata yang sudah menggenang di pelupuk, Garda itu bukan termasuk anak yang suka mengutarakan jelas-jelasan perasaannya pada orang tuanya. Berbeda dengan Satya dan Kala yang selalu mengucapkan kata-kata sayang padanya setiap saat, tak malu untuk memeluk atau bermanja dengannya. Garda sedari kecil memang berbeda dengan kedua saudaranya,  tapi Arora tahu bahkan mendiang suaminya pun tahu bagaimana Garda menyayangi mereka berdua sama besarnya. 

Keharuan ibu dan anak itu tersudahi karena suara dehem Anita yang menginterupsi. "Bisa kita mulai makan malamnya sekarang?"

Garda langsung melepaskan genggaman tangannya dari sang ibu, membetulkan posisi duduknya. Kala dan Satya juga ikut membetulkan posisi, entah kenapa kalau oma mereka sudah bicara atmosfer di sekitar mereka pasti langsung berubah menjadi tegang.

"Satya," Anita mengarahkan pandangan pada cucu sulung nya itu, "habis makan malam kamu ke kamar oma, oma mau bicara sama kamu."

Satya menelan ludah, dari ekspresi dan nada suaranya Satya bisa menebak kalau apa yang Anita akan bicarakan padanya bukan sesuatu yang baik.

***

"Iya, entar gue sampein salam lo ke mama. Ok, bye."

Kala menutup sambungan telepon nya dengan Dylan yang sudah berlangsung hampir satu jam setengah itu, ngomongin soal Dylan selama di dalam sel, sampai Kala yang menasihatinya panjang lebar.  Biarin aja kali ini Kala yang menasihati Dylan, Kala tidak ingin hal seperti ini terjadi lagi pada saudaranya. 

"Oma, kita udah bahas ini berkali-kali." suara Satya terdengar dari dalam kamar omanya. "Satya nggak mau mengambil posisi Garda."

Kala menghentikan langkahnya tepat di samping pintu kamar omanya ketika mendengar suara abangnya itu. Bukannya Kala ingin menguping, dia juga bukan termasuk orang yang suka ikut campur urusan orang lain. Tapi dari apa yang dikatakan Satya barusan, Kala bisa menebak kalau abangnya dan sang oma tengah membicarakan soal Garda dan posisinya.

The Bagaskara's : Nebula ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang