Chapter 29

10.1K 2.1K 394
                                    

"Bang, gue nambah sejam lagi."

Langit yang sedang browsing   mendongak, seorang anak cowok berseragam SMA berdiri di hadapannya sambil memberikan uang sepuluh ribuan.

"Nomor berapa?"

"Nomor delapan."

"Ok."

Langit mengambil uang yang ditaruh di atas meja dan mengeset kubikel nomor delapan agar menyala selama satu jam lagi, cowok itu memasukan uang ke dalam laci dan menguncinya kembali lalu matanya kembali menatap layar, membaca beberapa artikel yang baru saja keluar tentang Bagaskara Grup.

"Woy!"

Langit tersentak saat Gama tiba-tiba muncul dan mengejutkannya.

"Lo kalo dateng bilang-bilang kek, hobi banget ngagetin gue." Omel Langit kesal karena setiap kali Gama datang pasti Langit selalu dibuat terkejut.

"Lagian serius banget sih lo, lagi liat apaan?" Gama bertanya curiga, lantas tersenyum aneh sambil menaikan sebelah alis. "Hentai,ya?" Tanyanya sambil cekikikan.

"Hentai dari Hongkong!" Langit reflek menoyor kepala Gama, "sapuin tuh otak lo yang ngeres."

Gama masih tertawa, belakangan ini sejak Langit minta bantuan darinya hubungan Gama dan Langit bisa dibilang semakin membaik, walaupun terkadang mereka masih adu mulut tapi dibanding dengan sebelumnya justru sekarang keduanya malah terlihat seperti teman baik walaupun keduanya tentu aja nggak ada yang mau menyebut diri mereka berdua sebagai kawan.

Gama memajukan kepala, melirik pada layar komputer Langit yang masih menyala dan melihat sekilas artikel yang sedang dibaca Langit sebelum cowok itu menutup jendela laman internetnya.

Gama berdecak, "Ngopi yok." Ajaknya dengan gerakan kepala.

"Gue masih jaga."

"Di depan doang elah, kalo ada yang mau nambah juga bisa panggil lo di luar." Gama memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana, menatap Langit sedikit jengkel karena tidak juga bangun dari tempat duduknya. "Buruan woy, gue mau nyebat nih." Gama memukul meja beberapa kali sebelum berjalan keluar lebih dulu.

Tak lama Langit menyusul, dilihat nya Gama sedang memesan kopi di tukang minuman pinggir jalan dan kembali beberapa saat kemudian dengan dua gelas plastik berisi kopi susu yang uapnya masih mengepul. Diliriknya Gama yang menyalakan rokok dengan santai dan menghisapnya begitu tenang.

"Kenapa?" Gama yang tahu dari tadi Langit memperhatikannya bertanya, "mau juga?" Cowok itu menyodorkan bungkus rokok beserta korek pada Langit.

Langit mendorong dua benda itu menjauh, "Enggak." Tolaknya, diambilnya gelas kopi miliknya dan menyesap isinya pelan-pelan.

"Lo kapan mau balik sekolah?"

Langit yang baru saja ingin menyesap kopinya lagi mendadak berhenti sejenak, lalu meneruskan pergerakan nya. "Enggak tahu." Langit menjawab, dia bisa mendengar hela nafas Gama di sebelahnya.

Gama menghisap rokoknya, menghembuskan asap rokok ke udara. "Kalo lo udah nggak punya tujuan hidup, mending lo mati aja sana. Loncat tuh dari flyover." Ucapnya sarkas, disesapnya kopi susu miliknya.

"Gitu ya?" Langit bertanya, wajahnya kelewat serius membuat tangan Gama gatal untuk memukul kepala Langit membuat Langit mengaduh karena tidak menyangka akan mendapat pukulan dari Gama.

"Bego!" Gama mengumpat.

"Emang!" Langit menyahuti tanpa berpikir dua kali.

"Baru sadar gue kalo lo bego banget!" Gama melanjutkan.

The Bagaskara's : Nebula ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang