Sudah berapa lama Xavier tidak bertemu wanita ini?
Xavier, tidak bisa menyembunyikan senyum bahagia nya saat masuk ke dalam ruang private di salah satu restoran yang telah di booking atas namanya malam itu.
Senyum itu, senyum yang selalu bisa membuat hati Xavier terasa hangat. Senyum yang selalu Xavier jaga agar tetap berada di wajah wanita paling berharga dalam hidupnya itu.
"Maaf ya, Ma. Tadi Xavi harus ke studio rekaman dulu." Xavier, mencium punggung tangan ibunya dan langsung duduk di hadapan wanita yang memasuki kepala lima itu.
Intan menyunggingkan senyum kecil, maklum kalau anak lelakinya itu sekarang super sibuk. Beda waktu Xavier masih jadi anak kecilnya yang menggemaskan dan nggak pernah mau ditinggal. Waktu rasanya berjalan terlalu cepat untuk Intan, waktu yang berusaha untuk mengobati dan menutup lukanya selama dua tahun ini. "Enggak apa-apa, mama juga baru datang kok." Intan mengusap tangan anaknya maklum.
"Yaudah yuk pesan makanannya, ma." Xavier mengambil menu, melihat-lihat makanan menu makanan yang barang kali menggugah perutnya.
"Bentar, kita masih nunggu satu orang lagi."
Xavier mengangkat pandangan pada mamanya, mengerutkan kening. Lantas, pandangannya segera beralih pada pintu yang terbuka bersamaan sosok Langit masuk ke dalam dengan langkahnya yang lebar.
"Maaf, Ma. Langit telat." Langit langsung menghampiri Intan, mencium tangan wanita itu kemudian duduk di samping nya. Tersenyum canggung pada wanita yang selama dua tahun belakangan ini menjadi ibu barunya.
"Enggak apa-apa, kakak kamu juga baru dateng, kok." Intan mengusap lengan Langit, kemudian mengambilkan buku menu pada Langit yang langsung menerima dengan kikuk. "Ayo kita pilih dulu makanannya. Kalian pasti udah lapar, kan?" Intan tertawa renyah, kemudian membuka-buka menu makanan untuk segera di order.
Sesekali Intan menatap Langit dan Xavier yang sibuk memilih makanan dalam diam, tak saling menatap atau mengobrol. Nampak seperti orang asing, dan itu membuat Intan terkadang merasa sedih. Sedih, meski sudah lama berlalu namun dia tahu Xavier belum sepenuhnya menerima keberadaan Langit dan tak berniat untuk menjangkaunya.
"Langit, gimana sekolah kamu?" Intan bertanya pada Langit setelah makanan mereka datang, berusaha untuk mencairkan suasana yang sudah tegang sejak tadi akan ingin makan malam mereka berubah menjadi lebih buruk.
"Biasa aja, Ma." Langit menjawab singkat, meminggirkan sayuran yang ada di atas piringnya.
"Kamu persis kayak papa kamu, deh." kata Intan saat melihat kebiasaan Langit itu. "Pilih-pilih makanan, nggak suka makan sayur. Selalu aja nyisain sayur dipiring." Intan menggelengkan kepala pelan, mengingat kebiasaan almarhum suami nya semasa hidup dulu yang sama persis dengan Langit. Yah, tidak bisa ditampik bahwa Langit memanglah anak suaminya. Tanpa sadar Intan menghela nafas berat.
Langit berdehem, memundurkan kursinya tiba-tiba. "Langit ke kamar mandi dulu, ma." Langit langsung berjalan dengan langkah tergesa keluar, menarik gagang pintu ganda kemudian melewatinya. Namun pertanyaan Xavier yang masih dapat didengarnya dengan jelas membuat langkahnya tertahan di balik pintu yang setengah menutup.
"Mama ngapain sih nyuruh Langit datang ke sini juga?" Xavier tidak bisa menyembunyikan kekesalan yang di rasakannya sejak Langit menjejakan kaki ke dalam ruangan itu dan duduk makan malam bersama mereka.
"Memangnya kenapa? Mama kan sengaja ngajak kamu makan malam di luar untuk ngerayain ulang tahun kamu sama-sama. Maka nya mama juga ngajak adik kamu untuk makan malam bareng kita." Intan memang sengaja merencanakan makan malam kali ini untuk merayakan ulang tahun Xavier yang sudah lewat tiga hari lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bagaskara's : Nebula ✔
Teen Fiction[ Lokal Fiction Series ] Seperti ada kabut yang menyelimuti keluarga BAGASKARA. Kabut yang membungkus masalah yang terjadi di dalam nya dan hanya membuat orang berpikir bahwa mereka adalah keluarga yang sempurna. Tetapi, saat kabut itu perlahan...