Dor!
Garda melepas AirPods nya dengan jengkel, sedikit menutup berkas yang tengah dia cek dengan gusar. Itu adalah telepon kedua hari ini yang dia dapatkan dari klien mereka mengenai pembatalan proyek kerjasama.Dalam tiga bulan terakhir ini saja sudah ada beberapa klien yang membatalkan proyek senilai milyaran rupiah dengan Bagaskra Group. Hal ini adalah imbas dari masalah Dylan yang terkuak ke media massa, penahan Dylan karena terbukti menutupi kejahatan yang dilakukan Gading membuat sepupunya itu harus berada di dalam penjara selama tiga bulan masa percobaan ini.
Garda tidak mau menyalahkan siapapun atas kejadian ini, dia mengerti bagaimana sifat Dylan yang pada dasarnya terlalu baik. Untuk saat ini tugas Garda hanya harus mencoba mempertahankan apa yang bisa dia pertahankan.
Garda mengangkat pandangannya dari kertas saat mendengar pintu terbuka, sosok oma nya yang tiba-tiba muncul mengenakan blouse turtleneck berwarna biru tua dipadankan dengan celana bahan berwarna hitam, rambut yang tersanggul rapih serta tas tangan merk ternama. Kedatangan Anita membuat Garda terkejut bukan main.
"Oma?" Garda cepat-cepat bangun dari kursinya, menghampiri oma nya yang sudah duduk di sofa maroon. "Oma ke sini kok nggak bilang Garda dulu?" Garda tersenyum senang, dia sudah jarang bertemu dengan oma nya itu karena rutinitas yang kian hari makin menumpuk. "Oma mau minum apa? Teh? Kopi? Garda buatin, ya?"
"Nggak perlu."
Penolakan Anita membuat Garda tak jadi beranjak menuju mejanya untuk memanggil seorang pegawai guna membawakan minuman untuk neneknya. Garda kemudian berbalik arah, ikut duduk di sofa berhadapan dengan sang nenek.
"Oma dengar beberapa bulan terakhir ini kita sudah kehilangan beberapa proyek besar?" Anita langsung bertanya pada intinya, meskipun dia sudah tidak aktif lagi diperusahaan tapi dia masih mendapat laporan bulanan tentang perkembangan Bagaskara Group, dan akhir-akhir ini dia sangat gelisah karena mendapat laporan kalau perusahaan mengalami beberapa kerugian akibat pembatalan proyek dari klien mereka.
"Ah...soal itu.." Garda meremas kedua tangannya, mendadak gugup. "Kita memang kehilangan beberapa klien juga beberapa proyek, tapi oma nggak perlu khawatir kita masih punya banyak klien yang masih menaruh kepercayaan pada perusahaan kita." Garda berusaha meyakinkan sang nenek yang terlihat tidak terlalu mempercayai perkataan Garda. "Garda juga lagi berusaha untuk mencari klien baru dan proyek baru lainnya. Jadi oma tenang aja, perusahan kita pasti bisa mengatasi masalah ini."
Anita menyandarkan punggungnya pada sofa, melipat kedua tangannya ke dada seraya menatap Garda. "Harusnya sejak awal oma memang harus memaksa Satya yang menjalankan perusahaan ini, bukan kamu." Anita menatap tajam pada Garda yang menunduk sembari memainkan jari-jarinya gugup.
Garda mengangkat pandangan, tersenyum canggung pada neneknya yang tak sedikit pun terlihat ingin membalas senyumnya. Oh, ya...Garda sudah biasa dengan tatapan tajam itu. Sudah sangat terbiasa.
"Oma, Garda udah janji untuk mempertahankan apa yang udah oma dan keluarga kita bangun sedari dulu. Garda sedang berusaha untuk melakukannya, jadi tolong oma percaya sama Garda." Garda meremas tangannya sendiri yang berkeringat. "Garda nggak mungkin membiarkan keluarga kita kehilangan semuanya."
Anita tersenyum remeh pada Garda, memainkan tali tas tangannya. "Percaya sama kamu? Apa...kamu pikir oma harus percaya sama kamu sekalipun kamu tahu kalau kamu nggak punya hak sedikitpun untuk berada di posisi itu?" Anita menghela nafas kasar, lalu berdiri sembari menjinjing tas mahalnya. "Jangan lupa nanti malam datang ke rumah, mama kamu udah masak banyak buat acaranya." Lalu, wanita yang menginjak usia enam puluh itu langsung melangkahkan tungkai keluar dari ruangan Garda bahkan belum sempat cucunya itu berpamitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bagaskara's : Nebula ✔
Teen Fiction[ Lokal Fiction Series ] Seperti ada kabut yang menyelimuti keluarga BAGASKARA. Kabut yang membungkus masalah yang terjadi di dalam nya dan hanya membuat orang berpikir bahwa mereka adalah keluarga yang sempurna. Tetapi, saat kabut itu perlahan...