"Lan, jujur sama abang."
Dylan, baru sampai di rumah pukul sepuluh malam. Belakangan ini Dylan pulang di atas jam makan malam, dan malam itu Andra yang sudah tidak tahan untuk tidak menginterogasi adik semata wayangnya ini.
"Kamu ngerokok?"
Dylan yang semula menundak langsung mendongakan kepala, matanya melebar menatap Andra yang wajahnya serius menatap Dylan tajam menunggu jawaban adiknya.
"Enggak, Bang." Dylan menggeleng mantap.
Andra menarik jaket jins yang dikenakan Dylan, mengendusnya sekilas lalu melepaskannya lagi. "Badan kamu bau asep rokok gitu kamu masih nggak mau ngaku?"
Dylan mengendus bau tubuhnya sendiri. Sialan! Dylan mengumpat dalam hati.
Andra menghela nafas, melipat kedua tangannya ke dada sambil menatap adik nya yang kembali menunduk tidak berani menatapnya. Sebenarnya, Andra itu bukan tipe kakak yang mau mencampuri urusan pribadi adiknya seperti ini, dia juga tahu Dylan sudah dewasa, mungkin mencoba hal-hal baru yang belum pernah dia lakukan. Tapi insting Andra sebagai seorang kakak mengatakan ada hal lain yang coba adiknya sembunyikan, dia hanya tidak ingin Dylan salah bergaul. Dia tahu bagaimana karakter adiknya, paling susah bilang 'enggak' sama orang lain.
"Tadi temen-temen gue pada ngerokok, Bang." Dylan akhrinya menjawab, "udah ah, kayak satpam lagi introgasi maling aja." Dylan memukul lengan Andra pelan, lalu melewati kakaknya begitu saja, naik ke kamarnya di lantai dua.
Kenapa abang ngerasa kamu bohong sama abang, ya, Lan?
***
"...ndra."
"Kalandra!"
Andra tersentak, mendongakan kepalanya dia melihat Garda yang barusan mengguncangkan bahunya, menatap khawatir pada Andra yang rupanya sedari tadi melamun tak mendengarkan instruksi yang Garda berikan selepas mereka melakukan meeting rutin siang tadi.
"Ya? Sori, Da. Gue lagi nggak kosen." Andra menggaruk telinganya, ikut masuk ke dalam ruangan milik Garda.
Garda berlalu menuju mesin kopi yang memang sengaja dia pesan untuk dihadirkan di dalam ruangannya. "Mau kopi?" tanya si Direktur muda sambil menyalakan mesin kopinya.
Andra mengangguk, dia butuh sesuatu untuk mengembalikan fokusnya hari ini. Aroma kopi langsung saja menyeruak memenuhi ruangan yang kini dipenuhi suara mesin kopi Garda yang sedang bekerja.
Garda membawa dua cangkir kopi ke meja, meletakan satu di depan Andra yang kemudian langsung mengambilnya. Meniup-niup uap yang mengepul seperti gumpalan asap tipis menari di atas cangkir putih itu lantas menyesapnya sedikit demi sedikit.
"Ada masalah?" Garda bertanya, menyandarkan punggungnya ke sofa dengan dua tangan saling mengait membuat sikap siap mendengarkan cerita Andra.
Andra meletakan cangkir kopinya kembali ke meja dengan suara dentingan halus dari cangkir yang beradu dengan meja kaca, menghela nafas berat cowok itu justru melempar pandangannya pada kaca besar yang memantulkan cahaya matahari siang itu. "Gue ngerasa ada yang aneh sama sikap Dylan belakangan ini." Andra menjawab, menatap Garda yang mengangkat sebelah alisnya sekilas.
"Aneh gimana?"
"Lo sadar nggak, akhir-akhir ini dia selalu pulang malem? Kadang juga keluar malem terus balik lagi ke rumah habis tengah malem."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bagaskara's : Nebula ✔
Teen Fiction[ Lokal Fiction Series ] Seperti ada kabut yang menyelimuti keluarga BAGASKARA. Kabut yang membungkus masalah yang terjadi di dalam nya dan hanya membuat orang berpikir bahwa mereka adalah keluarga yang sempurna. Tetapi, saat kabut itu perlahan...