Chapter 14

12.1K 2.3K 256
                                    

Kala tidak bisa diam di dalam kamarnya, kakinya mondar-mandir sembari menggigiti kuku jarinya.

"Arghh!!" Kala mengerang kesal,  mengacak rambutnya frustasi lalu melemparkan diri ke atas kasur membuat guling di pinggir tempat tidurnya terjatuh.  Mata bulatnya menatap langit kamarnya yang tinggi, "gue percaya sama lo, Lan." gumamnya, "gue selalu percaya sama lo, nggak mungkin lo kayak gitu." Kala masih memikirkan perkataan Dylan barusan, pertanyaan tentang apakah keluarga butuh alasan untuk saling percaya. 

Tentu saja tidak,  tidak kan? 

Kala tidak butuh alasan untuk mempercayai Dylan, karena dia memang akan selalu percaya padanya.  Pada Dylan yang dia tahu terlalu baik hingga berakhir di manfaatkan. Oh, apa harus Kala membuat list sudah berapa kali Dylan dimanfaatkan dan menulis nama-nama dari mereka yang memanfaatkan kebaikan Dylan? 

Kadang, Kala sering bertanya pada dirinya sendiri apa Dylan yang terlalu baik atau Dylan memang bodoh sampai bisa dimanfaatkan berkali-kali?

Bagaimana kalau Dylan mengalami hal yang sama kali ini?  Bagaimana kalau sekarang Dylan juga sedang dimanfaatkan?  Tapi kenapa Dylan tidak mau mengaku dan bicara yang sebenarnya?

Tumbuh bersama dengan Dylan sejak kecil membuat Kala sangat tahu bagaimana perangai sepupunya itu.  Dylan pasti akan langsung mengaku jika dia bersalah, dan mengatakan tidak jika memang bukan dia yang melakukan kesalahan.  Tapi terkadang...Dylan juga bisa berbohong untuk menyelamatkan orang yang bersalah itu, seperti yang Dylan lakukan terhadap Kala dulu. 

Dylan yang rela berbohong dan mendapat hukuman untuk keonaran yang dibuat Kala. 

Kala menegakan badannya tiba-tiba, duduk di tepian kasur sambil menajamkan telinganya. Dia mendengar suara pintu kamar sebelah terbuka. 

Siapa itu?

Dylan?

atau

Langit?

Kala cepat-cepat berjalan menuju pintu kamarnya, membukanya perlahan,  menangkap siluet seseorang menuruni tangga diam-diam.  Kala melangkah keluar setenang mungkin, langkahnya pelan-pelan agar tidak menimbulkan suara.

Dylan?

Kala mengerutkan kening saat melihat sosok Dylan menuruni anak tangga cepat-cepat, memakai jaket seperti akan pergi. 

Mau kemana dia malem-malem gini? Kala masih terus mengikuti gerak-gerik Dylan yang berjalan ke laci tempat mereka biasa menyimpan kunci mobil masing-masing.  Jangan-jangan... Kala tiba-tiba saja memikirkan sesuatu yang membuat kakinya reflek hendak melangkah menuruni anak tangga jika saja suara Langit tak menghentikan langkahnya.

"Lo mau ngikutin Dylan?"

Kala menoleh, Langit keluar dari kamarnya sambil mengenakan jaket. 

"Gue ikut."

Ini bukan saatnya untuk terkejut, kan? Kala menatap Langit tak percaya, yang ditatap justru menghela nafas gusar.  Melangkah melewati Kala untuk menuruni tangga. 

"Cepetan, lo nggak denger Dylan udah nyalain mobil?" Langit menoleh ke belakang lagi membuat Kala tersentak.

Benar, Kala juga mendengar deru mesin mobil. Sial!  Kalau gini dia bisa kehilangan jejak nanti. Cepat-cepat cowok itu setengah berlari menuruni anak tangga, bahkan melewati Langit yang mengekor di belakang nya.

Dylan, apa yang lo sembunyiin dari kita?

***

"Ceritain sama kita semuanya,"

The Bagaskara's : Nebula ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang