"LO LIAT NIH BAJU GUE!" sentak Max sambil memegang ujung seragamnya yang terkena kuah bakso.
"Ma-maaf kak... A-aku gak sengaja."
"HALAHHH GAK BUTUH GUE MAAF LO!" sergah Max sambil mendorong adik kelasnya itu kasar.
Takut keadaan semakin memburuk, Alex menahan pundak Max. "Udah bego, cuman kena dikit."
Max langsung melirik tajam Alex dan menepis tangan Alex yang ada di pundaknya. Sebelum berjalan cepat keluar dari kerumunan.
Max mengacak rambutnya kesal. Hari ini, ia tidak seperti dirinya sendiri. Ia menjadi sangat sensitif, memang biasanya seperti itu. Tapi, entah kenapa hari ini terasa beda.
"Lo kenapa sih?" tanya Alex yang berusaha menyamai langkah Max.
Max mengacuhkan pertanyaan Alex, ia sendiri tidak tahu ada apa dengan dirinya.
"Cih, gayanya kayak perempuan lagi ngambek," cibir Alex.
Max melirik tajam temannya itu.
"RELL COWOK LO NIH!!!" Seruan Alex membuat Max menoleh cepat ke arah Laurel yang sedang bersama Valerie sebelum mengalihkan pandangannya lagi.
Laurel pun juga demikian. Menoleh sebentar, sebelum berjalan menjauhi Alex dan Max.
Alex mengernyit bingung, sebelum ia menyadari apa yang sedang terjadi sekarang. Alex mangut-mangut paham.
"Lo lagi marahan sama dia?" tebak Alex. "Pantesan marah-marah mulu kerjaanya dari tadi."
Max mengerutkan wajahnya tidak suka. "Apa hubungannya?"
"Ada, percaya deh. Gue gak bisa jelasin," ucap Alex sambil menatap Max dengan wajah sok taunya. "Apa ya namanya? Oh iya, Pelampiasan."
Max menaikkan alisnya. "Gak jelas lo bego," balas Max.
"Kenapa kalian berantem?" tanya Alex membuat Max berhenti berjalan.
"Beli seragam dimana sih?" tanya Max tidak jelas.
"Ck, lu yang mulai kan pasti?"
"Mak gua biasa beli di mana sih?"
"Tau ah. Bodo amat," ucap Alex ketus sambil berjalan meninggalkan Max.
__________________________"Tumben," komen Valerie.
"Apaan?" tanya Laurel pura-pura tidak tahu.
Valerie menaikkan satu alisnya. "Menurut lo?" tanya Valerie "Berantem?" tebaknya.
"Baru pacaran udah berantem aja. Putusin dah mendingan, gak menjamin," ucap Valerie santai.
Laurel melotot mendengar suruhan Valerie. "Gak ada opsi lain apa?"
Valerie masih santai mengaduk es teh manisnya. "Tinggal bilang; Kita putus. Ribet amat."
"Gak mau!"
Valerie tersenyum miring mendengarnya. "Ya udah baikan," suruh Valerie.
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE: MaxLaurel
Teen Fiction[ COMPLETED ] Laurelia Vernande Gomez, Tipe siswa dengan kemampuan rata-rata membuatnya tidak begitu dikenal dan dipedulikan. Namun takdir mempertemukannya dengan si pentolan sekolah, Maximus Alvarez Putra dan segala aksinya membuat namanya kian har...