INEFFABLE | 48 | RUMAH SAKIT

56.2K 4.2K 134
                                    

"Ni orang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ni orang..." Eca memandang jengkel laki-laki di depannya. "Gue gampar lo ye! Mondar-mandir terus!"

Rey menoleh dengan wajah tertekuk. "Cemas nih gue!"

Belinda mengernyit. "Apa yang mengganggu otak bervolume 600cc lo itu?"

Rey mendengus. "Laurel tidurnya lama amat gak bangun-bangun," resah Rey.

"Kok gue jadi takut dia kenyenyakan tidur terus lupa cara bangun ya." Ray yang sedang tiduran pada sofa panjang menyahut.

"Mulut lo!" seru Valerie tajam.

"Kecil kan ini lukanya? Gak ada pendarahan di dalem kan? Cuman beset kecil?" tanya Rey beruntutan sembari mencoba memegang luka pada kening gadis yang tengah tertidur di atas brankar itu.

Sayangnya tangan Max langsung menepis kasar laki-laki itu. Jangan lupakan tatapan tajamnya yang seolah menyuruh Rey untuk mundur.

"Iye, iye ah. Posesif amat si abang," komen Rey sambil kembali duduk membuat Max mendengus malas.

"Lo istirahat dulu kali, Max." Belinda menasehati. "Laurel gak bakalan kenapa-napa."

Ia memandang simpatik laki-laki dengan perban terlilit pada kepalanya itu. Kepala Max terbentur keras mengenai aspal jalan karena usahanya melindungi Laurel tadi.

Jangan tanyakan seberapa panik semua temannya saat Alex mengabarkan berita itu. Semuanya langsung cepat-cepat menuju rumah sakit tempat Max dan Laurel ditangani.

Gila memang laki-laki itu! Sesaat setelah siuman, laki-laki itu langsung memaksakan diri ingin melihat kondisi Laurel. Entah laki-laki itu yang terlalu kuat atau Laurel yang kenyenyakan tidur, namun yang pasti luka Max jauh lebih parah dari gadis itu. Tapi lihatlah sekarang siapa yang masih belum sadar juga.

"Max."

"Gue gak apa-apa," kekeuh Max walaupun kepalanya terasa sedikit pening. Laki-laki itu menahannya.

Max masih setia dengan posisi duduknya yang tegap sambil menautkan jemari Laurel dengannya. Kecemasan Max sedikit berkurang saat mengusap kulit lembut itu. Tentu Max cemas. Sangat malah. Perasaan gelisah terus menghimpit dadanya dan tidak akan hilang sebelum gadisnya bangun.

Memang kata dokter, Laurel akan baik-baik saja. Bahkan setelah Laurel bangun nanti, gadis itu boleh langsung pulang dengan syarat rutin check-up dua minggu sekali ke rumah sakit. Kenapa? Kalian akan tahu nanti.

"Inget gak waktu itu lo bilang pengen rasain jenguk temen di rumah sakit?" tanya Alex pada Rey.

Rey tampak berpikir sebentar sebelum mengangguk. "Hooh, inget."

INEFFABLE: MaxLaurelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang