INEFFABLE | 28 | RASA BERSALAH

51.4K 4.9K 276
                                    

Sudah 3 hari semenjak hari itu, Laurel sama sekali tidak berkomunikasi dengan Max.

Laurel kembali mengemudikan mobilnya sendiri ke sekolah. Hidupnya seperti kembali saat awal mula belum bertemu dengan Max. Monoton.

"Udah putus ya sama Max?"

"Kayaknya sih, udah gak deket lagi."

"Max aja udah gak peduli lagi sama dia. Udah bosen kayaknya."

Cibiran-cibiran yang terdengar membuat Laurel mempercepat langkahnya agar segera sampai ke kelasnya.

Akhirnya ia bisa bernapas dengan tenang. Setidaknya teman sekelasnya sudah tahu diri dan tidak bertanya-tanya mengenai hubungannya dengan Max berkat bentakan Eca.

"Senyum dong cantik," goda Eca sambil menyikut tangannya.

Laurel memutar bola matanya malas dan menopangkan dagunya pada meja.

"Tolong ya, cukup Valerie aja yang kalo diajak ngomong cuek. Kamu jangan."

"Inget, Rel. Jangan galau-galau," cibir Eca.

Laurel mendengus. Ia tahu Eca sedang meledeknya karena waktu itu menyuruh perempuan itu untuk berhenti galau. Nyatanya hati bukanlah objek yang bisa diatur-atur, bahkan oleh sang pemilik.

Seperti sekarang, Laurel tidak bisa membohongi dirinya kalau ada sesuatu yang kosong dalam dirinya sekarang. Rasanya hampa.

Di sisi lain, Max juga sedang uring-uringan. Laurel benar-benar tidak mengganggunya. Apakah ia terlalu jahat?

Sedari tadi laki-laki itu membuka ponselnya dan melihat-lihat galeri hapenya yang penuh dengan video dan fotonya bersama Laurel.

"Scroll aja terus sampe mampus," cibir Alex.

Max mematikan ponselnya kemudian pura-pura tidur.

"Orangnya masih hidup, lo ngapain mandangin foto-foto doi doang? Samperin lah goblok!" seru Rey.

Ray melirik Max yang nampak lemas sambil membaringkan kepalanya membelakangi ketiganya.

"Gua perhatiin sih cewek lo lagi dipepet sama Phileo. Ya walaupun Laurelnya risih siapa tau lama-lama nyaman," ujar Rey.

"Yoman, cinta dan benci kan katanya beda tipis." Alex menambahkan.

Max membalik kepalanya menghadap mereka kesal. "Anjing lo!"

"Lo yang kayak anjing. Kenapa belom baikan juga sampe sekarang?"

"Ngaca. Lo udah baikan belom sama Eca?" balas Rey sambil terkikik.

Alex menatap Rey kesal. "Anjing lo! Fokus goblog lagi bahas siapa ini."

Rey semakin terbahak sebelum akhirnya merubah wajahnya menjadi datar. Kemudian laki-laki itu berdeham dan menghadap ke arah Max.

"Nih, Max!" seru Rey, ia tampak berpikir sebentar. "Eee... Lanjutin, Lex. Lagi gak bisa mikir gua."

"Yee, kuda! Gak usah ngomong kalo gitu."

"Tapi gua lebih seneng begini. Lo jadi lebih sering ngumpul bareng kita." Ray mengutarakan pendapatnya.

Alex dan Rey memandang Ray aneh. "Lo waras?" tanya Rey.

Ray mengedikkan bahunya. "Semenjak Max pacaran sama Laurel kita kan udah jarang ngumpul. Max selalu ngapelin Laurel tiap malem."

Max mengernyit bingung. "Lo gak suka Laurel?"

"Wah, kecewa sih gue, Ray." Alex menggeleng tidak percaya.

"Bukan gitu. Awalnya gue dukung lo sama Laurel. Tapi kalo akhirnya gini.."

INEFFABLE: MaxLaurelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang