Lokasi: Gelanggang Olahraga
"MELELEH ANJING GUE NGELIAT MAX!!!"
"YOK BISA YOOOKK!!!"
Jeritan dari siswi-siswi bersahutan mendukung Max dan teman team inti basket yang sedang berjuang melawan SMA Cempaka.
"WOI KENCENGAN NYANYINYA!! GAK MALU SAMA TRIBUN SEBELAH?!!"
Itu suara Bobby - kakak kelas 12 berperawakan gemuk dan mata sipit, ia seperti pemandu tribun SMA Glorisius. Laurel bisa melihat urat di sekitar lehernya dan keringat yang bercucuran melebihi anak basket yang sedang bermain.
"LEMES AMAT SUARA LO ORANG!! NGEDESAH AJA KENCENG LO SEMUA!!"
Anak-anak SMA Glorisius tidak bisa menahan tawa mereka. Mereka mengencangkan suara mereka menyanyikan yel-yel penyemangat yang dikarang oleh si Bobby sendiri.
Suasana tribun sangat pecah sekarang. Supporter tidak berhenti menyorakki, memberikan semangat pada team inti yang sedang bertanding. Berbagai properti mulai dari bendera, drum besar, dan spanduk yang terbentang dari ujung ke ujung tribun semakin memeriahkan suasana.
Laurel sendiri sedari tadi tidak bisa menahan senyum lebarnya melihat kepawaian laki-laki dengan nomor punggung nol. Siapa lagi kalo bukan Max. Laki-laki itu bergerak lincah mengecoh lawan sebelum menembak bola.
Ia bertepuk tangan dan mengangkat papan kecil dengan wajah Max yang sempat Laurel buat dari sisaan triplek gapura. Entah Max melihatnya atau tidak sangking ramainya tribun.
Dari lapangan Max tertawa kecil melihatnya. Berlari sambil tersenyum ke arah gadisnya. Baru pertama kali senyum Max tidak pernah hilang selama bertanding. Hal itu membuat gadis di sekitarnya terus menjerit senang.
"SENYUM MULU ANJING!!!"
"NOMOR NOL I LOVE YOUUU!!"
"GIMANA GUE MAU MOVEON KALO DIGINIIN TERUS BAMBANGG!!"
"Dia senyum ke Laurel goblok!" Siswi itu menepuk bahu temannya, menyadarkan.
"Ya saya juga tau! Halu dikit gak boleh apa?!" sentak Gabie, salah satu fans Max.
"Rel! Pokoknya setiap tanding lo harus berada di radar gue ya, understand?" ujar si Gabie yang tiba-tiba menoleh ke belakang.
"Lo kok ngomong langsung sih?!"
Laurel tertawa kecil sambil mengangguk. Ia kenal Gabie. Mereka dulu teman sekelas. Cewek ramah dan gokil itu memang sedikit obses dengan Max.
"Gantian Rey!" seru Ray capek sedari tadi menabuh drum mengiringi nyanyian yel-yel.
"Ck, baru bentar doang juga lo!" decak Rey malas. "Suruh Bobby atau gak Aaron aja noh!"
"Ah, gue mau pegang bendera aja. Lebih keren!" Ray bergerak mendekati salah satu temannya itu dan bertukar tugas.
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE: MaxLaurel
Teen Fiction[ COMPLETED ] Laurelia Vernande Gomez, Tipe siswa dengan kemampuan rata-rata membuatnya tidak begitu dikenal dan dipedulikan. Namun takdir mempertemukannya dengan si pentolan sekolah, Maximus Alvarez Putra dan segala aksinya membuat namanya kian har...