"Anjing gua kira bakal putus mereka gara-gara ribut kemarin!"
"Eh iya asu! Malah makin deket sial!"
"Kurang ajar! Kalo gini kapan gantiannya!"
Seruan itu terdengar selama Max dan Laurel berjalan di lorong sekolah.
Laurel berusaha bersikap biasa saja dengan celetukan siswi-siswi sepanjang lorong ini. Padahal dia sudah gondok setengah mati.
"Kenapa?" tanya Laurel menyadari Max sedari tadi menatapnya.
Max menggeleng kemudian dengan iseng ia menyandarkan kepalanya pada bahu Laurel. Lantas aksi Max mengundang pekikan dari siswi-siswi di sekitar mereka.
"Ih, Max!" seru Laurel sambil mendorong kepala Max dengki.
"Hm?"
"Jangan begitu."
"Kenapa?"
"Gak enak dilihatin orang-orang."
Max menaikkan alisnya. "Sama pacar sendiri ini."
Laurel berdecak kesal. "Tapi gak di tempat umum juga kali!"
"Oooh," Max mengangguk singkat, "jadi mau kayak di rumah kamu kemarin?" godanya.
Pipi Laurel lantas memanas dan cepat-cepat ia pergi dari Max. Laki-laki itu berbahaya untuk kesehatan jantungnya.
Laurel menghiraukan teriakan dan derai tawa Max dan langsung buru-buru menuju kelasnya.
Seorang gadis yang melihat itu mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ia langsung pergi dari tempat itu dan mencari seseorang yang mungkin dapat membantunya.
_____________________________
"Hi, Bel!" sapa Calista ramah sambil duduk pada bangku panjang tribun.
Belinda sedang beristirahat sambil meneguk minumannya pada tribun lapangan. Ia merasa lelah sekarang, 1 jam non stop tubuhnya dilempar-lempar di udara. Teamnya memang sedang mempersiapan lomba cheerleader nanti.
Belinda hanya menaikkan satu alisnya menunggu Callista bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE: MaxLaurel
Teen Fiction[ COMPLETED ] Laurelia Vernande Gomez, Tipe siswa dengan kemampuan rata-rata membuatnya tidak begitu dikenal dan dipedulikan. Namun takdir mempertemukannya dengan si pentolan sekolah, Maximus Alvarez Putra dan segala aksinya membuat namanya kian har...