"Kita mau kemana sih?!" tanya Laurel untuk kesekian kalinya.
Lagi-lagi Max mengacuhkannya.
Tadi sore laki-laki itu tiba-tiba berada di depan rumahnya dan berkata ingin membawanya ke suatu tempat.
"Mau tidur, Max! Capek!" rengek Laurel.
"Tidur aja dulu," ujar Max santai.
Laurel mencebikkan bibirnya. "Maunya dikamar, dikasur, sama guling, bantal, selimut."
Max hanya menoleh kemudian mengacak rambut Laurel gemas kemudian mendorong kepala itu pelan. "Manja."
"Aduh!" seru Laurel sambil menendang lengan Max dengan kakinya.
"Kurang ajar!" seru Max sambil menahan kaki itu dan menggelitikinya membuat Laurel tertawa geli.
Lima belas menit berlalu, dan kaki Laurel masih setia nangkring di pangkuan Max. Dari posisinya duduknya, Laurel tidak bosan memandangi wajah kekasihnya itu dari samping. Iyalah orang ganteng!
"Turunin kakinya, udah sampe."
Laurel menoleh sekitarnya. Wow. Buru-buru ia turun dari mobil Max.
Decakan kagum keluar dari bibir mungilnya. Entah ia berada di mana, rumah-rumah di sini sangat cantik. Kecil, sederhana, namun penuh warna.
Max menyunggingkan senyumnya. "Masih mau pulang?"
"Ini di mana Max?" tanya Laurel yang masih terpesona dengan keindahan sekitar.
"Nanti gua kasih tau." Kemudian Max mengulurkan tangannya. "Gua mau tunjukkin satu tempat."
Laurel menerima uluran tangan itu dengan semangat. Mereka pun berjalan lebih dalam memasuki pemukiman warga sekitar. Ternyata tampak luar dan dalam sama-sama indah. Tembok-tembok kosong dihiasi oleh mural art. Tangan Laurel sudah gatal ingin ikut menorehkan karyanya pada dinding-dinding itu.
Penduduknya juga ramah, dan ada beberapa warga yang menyapa laki-laki di sebelahnya, Max.
"Lo sering ke sini?"
Max menoleh dan mengangguk. "Dulu sering. Sekarang gak terlalu."
"Kita mau kemana sih?" tanya Laurel sambil celingukan dan menyuapkan keripik kentang balado yang sempat ia beli tadi di warung.
"Sini." Max menarik tangan Laurel menaiki undakan tangga dari batu dan benar saja sesampainya di lokasi, sesuai dugaan Max, mata gadis itu kembali membulat berbinar.
Sekarang mereka berada di sebuah taman, namun bukan seperti taman buatan di komplek rumah. Ini lebih seperti taman alami. Rindangnya pohon-pohon yang terawat, padang rumput luas, dan danau kecil yang jernih. Laurel melangkah mendekat dan ia bisa melihat ikan-ikan kecil berenang di sana.
Max tertawa geli melihat Laurel yang menghampirinya lagi dengan senyum tak lepas dari wajahnya. Entah sudah berapa kali Max jatuh hati pada gadis di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE: MaxLaurel
Teen Fiction[ COMPLETED ] Laurelia Vernande Gomez, Tipe siswa dengan kemampuan rata-rata membuatnya tidak begitu dikenal dan dipedulikan. Namun takdir mempertemukannya dengan si pentolan sekolah, Maximus Alvarez Putra dan segala aksinya membuat namanya kian har...