INEFFABLE | 22 | RUMAH PACAR

60.1K 5.3K 353
                                    

"Rel, please dengerin aku dulu," pinta Max sambil mengejar Laurel.

Laurel masih shock dengan kejadian tadi. Ia tahu Max tidak bersalah, ia melihat semuanya tapi Laurel benar-benar tidak terima si jalang Calista mencium Maxnya.

"Rel, gak kayak yang kamu liat." Max berhasil menggapai Laurel. Akhirnya Laurel berhenti melangkah. Ia bergeming menatap Max dengan mata berkaca.

Max menatapnya khawatir kemudian memeluk gadisnya erat. Oh Lord, Max sangat takut Laurel meninggalkannya tadi.

Tangis Laurel tidak bisa ditahan, ia tidak mau menyalahkan Max atas kejadian tadi. Namun Laurel ingin marah sekarang rasanya.

Mendengar tangis Laurel membuat hati Max mencelus. Lantas ia melerai pelukannya dan menghapus air mata Laurel. Namun Laurel langsung menjauhkan wajahnya dari tangan Max membuatnya tersentak kaget mendapatkan penolakan seperti tadi.

"Rel, kamu mau pulang? Aku antar ya," ujar Max lembut. Berusaha untuk bersikap biasa saja.

"Aku bisa pulang sendiri."

Max meneguk ludahnya. "Kenapa? Aku bisa anterin kamu, Rel."

"Aku gak bisa deket-deket sama kamu sekarang, please," lirih Laurel. Kejadian tadi masih teringat jelas, malah terus berputar setiap Laurel memandang wajah Max.

Max menghela napasnya berat. Ia tidak boleh kalut sekarang. "Aku bisa jelasin, Rel. Ta-"

"Aku tau, Max. Aku liat dia yang cium kamu. Tapi aku masih belum bisa lupain kejadian tadi. Please hari ini aja," Laurel memohon pengertian Max, ia sudah sangat lelah sekarang.

Max memejamkan matanya sebelum mengangguk. "Tapi biarin aku antar kamu pulang. Habis itu aku gak bakal ganggu kamu. Aku janji."

Laurel menatap laki-laki itu sebentar. Sial! Bayangan Calista kembali memenuhi otaknya saat melihat bibir laki-laki itu.

"Rel?"

Laurel mendongak kemudian menggeleng pelan. "Aku pulang sendiri aja."

Max meneguk ludahnya. "Naik apa? Kamu kan ke sini bareng aku."

Laurel terdiam sebentar. "Aku bisa pesen," jawab Laurel.

"Aku duluan," pamit Laurel dengan suara pelan. Gadis itu kemudian berlalu, enggan untuk menatap Max.
___________________________

Benar saja, Max tidak mengganggunya sama sekali.

Laurel kira dengan begitu ia akan semakin tenang, namun sekarang malah sebaliknya. Ia gelisah setengah mampus, tapi bayangan Calista mencium Max seperti sudah paten di otaknya. Sulit untuk menghapus gambaran itu.

Ting!

Suara notifikasi langsung membuat Laurel mengambil ponselnya cepat. Bukan dari Max, melainkan Lucas.

buLuc sent a photo

Laurel tertawa melihat selfie konyol adiknya, Lucas.

buLuc: update, im still alive.
buLuc: happy? 🙄

Laurelia: Gua sedih buluc :(

buLuc: mom or max?

Laurel memang menceritakan semua tentang Max kepada adiknya. Karena Lucas selalu mendesaknya dan untuk bercerita.

Laurelia: max.

buLuc is calling...

Laurel lantas langsung mengangkat telepon itu.

INEFFABLE: MaxLaurelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang