INEFFABLE | 29 | ALASAN BAHAGIA

57.6K 4.9K 157
                                    

"Mending lu temenin gua belanja bulanan hari ini," ajak Eca.

Laurel menggeleng lesu. Ia ingin cepat-cepat pulang. Tidur dan mendengarkan playlist lagu galau yang sudah ia siapkan untuk nanti malam.

"Rel, look at me." Laurel menatap Eca yang sedang memainkan matanya. "Buat apa ada uang banyak di rekening kalo gak lu gunain?"

"Uang bukan segalanya," ujar Laurel malas.

"Tapi segalanya butuh uang," balas Eca. "Ah, come on! Udah lama kita gak shopping bareng."

"Ca gue lagi males ngapa-ngapain sumpah," ujar Laurel lemas.

"Makanya kita shopping anak jancuk. Percaya sama gue, habis lo liat koleksi barunya Louis Vuitton mood lo bakal langsung naik!"

"Gue bukan lo," dengus Laurel.

Eca berdecak kesal. "Udah ayooo gue jamin mood lo bakal naik!"

Laurel menghela malas, menatap mata Eca yang memandangnya berharap. "Fine."

"Yes!" pekik Eca girang. "Let's go shopping baby!"

"Tapi gua cuman nemenin lo!" peringat Laurel.

Eca memutar bola matanya malas. "Liat aja nanti."

Wow, lihat sekarang. Laurel meringis melihat tumpukan paperbag dengan logo merk terkenal di bangku mobil sebelahnya dan belakang.

 Laurel meringis melihat tumpukan paperbag dengan logo merk terkenal di bangku mobil sebelahnya dan belakang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Laurel baru saja selesai menemani Eca belanja baju bulanannya. Sebagai ungkapan penembusan dosanya karena sudah jarang pergi-pergi dengan gadis itu.

Namun sialnya ia terkontaminasi oleh godaan Eca. Uang di rekeningnya pasti sedang menjerit sekarang. Memang hanya Eca yang mampu membuatnya menghabiskan uang sebesar– Astaga bahkan Laurel tidak sanggup menyebut nominalnya.

Tapi jujur ada perasaan senang dalam diri Laurel sekarang setelah selama 3 hari penuh galau karena pacar sialannya. Namun tiba-tiba terbayang wajah ibunya yang bekerja keras mencari uang. Sedangkan ia menghamburkannya begitu saja.

Laurel baru saja masuk ke dalam rumahnya. Dan ia mengernyit bingung saat mendengar suara tawa kecil dan obrolan di ruang tamu.

"Itu belanjaannya banyak banget, neng," ujar Bi Encum melihat kedua tangan Laurel yang penuh dengan kantong belanjaan.

Bi Encum sudah berniat membantu namun Laurel menolak halus tawaran Bi Encum. Ia tidak mau merepotkan bibinya itu.

"Pasti habis belanja bareng neng Caca tah?" tebak Bi Encum. Caca yang dimaksud adalah Eca.

Laurel mengangguk sambil terkekeh kecil. "Kapok deh aku. Gak bakal belanja lagi."

"Ah, ngomong doang si eneng mah!" Lantas keduanya tertawa.

"Ada siapa bi?" tanya Laurel.

Tiba-tiba Bi Encum senyam-senyum sendiri. "Liat aja sendiri neng,"

INEFFABLE: MaxLaurelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang