"Kamu ngapain?" tanya Laurel melihat Max yang seperti biasa tiba-tiba muncul di depan rumahnya.
Max menaikkan satu alisnya. Kemudian mengangkat kedua tangannya yang membawa tentengan martabak dan boba tea.
Laurel tidak bisa menahan senyumnya. Tapi ia teringat pengakuan Ray kemarin. Senyumnya perlahan luntur, Laurel merasa bersalah sekarang.
"Kenapa? Kok lesu banget?"
Laurel menggeleng. "Kamu gak main sama temen kamu?"
"Nanti aja."
"Kamu mending main sama temen-temen kamu deh," suruh Laurel.
Max menautkan alisnya. "Kenapa?"
"Gak apa-apa."
Max semakin curiga. "Ada cowok lain di dalem?"
Laurel melotot tidak terima. "Emang kamu kira aku cewek apaan?!"
"Terus kenapa pagernya gak dibuka-buka?" Max masih pada pendiriannya.
"Ish! Kamu gak percaya sama aku?!"
"Percaya," jawab Max cepat, "kalo pagarnya dibuka."
Laurel menatapnya sebal. Bagaimana cara mengusir pacarnya ini?
"Ini gak dibukain?" tanya Max sambil menggoyangkan pagar.
"Kamu main sama temen-temen kamu aja," suruh Laurel.
"Kenapa sih?" tanya Max tidak suka.
"Aku mau pergi sama Eca, Valerie," bohong Laurel.
Pundak Max langsung menurun. "Kok baru ngomong?"
"Kamunya yang dateng gak ngomong-ngomong." Laurel menyalahkan Max.
"Udah sana. Aku main sama temen aku, kamu sama temen kamu."
"Sekarang perginya?"
"Bentar lagi."
"Ya udah, aku mau temenin kamu bentar," ujar Max.
Laurel menatap Max malas. "Bentar kamu tuh sampe jam 11 malem."
Max mencebikkan bibirnya. "Aku ke rumah Rey nih?" tanya Max tidak rela.
"Iya, Max."
"Kamu gak apa sendiri?" tanya Max menyakinkan.
"Kan bentar lagi aku pergi."
Max mengangguk menurut. "Ya udah."
"Nih, kasihin ke Bi Encum," ujar Max sambil mengangkat martabak dan boba pada genggamannya.
"Bukain dulu pagarnya," suruhnya lagi.
"Bukannya buat aku?" tanya Laurel sambil membukakan pagarnya.
"Gak. Kamu jahat." Laurel tertawa kecil mendengar ucapan Max.
Setelah mengambil alih makanan itu, Laurel menatap Max gemas.
"Mau peluk," ujarnya sambil merentangkan tangannya.
Max pun ikut merentangkan tangannya malas. Kemudian Laurel melangkah masuk ke dalam dekapan Max.
"Udah cape-cape ke sini. Malah diusir," keluh Max sambil meletakkan dagunya di kepala Laurel.
Laurel tertawa geli sambil melerai pelukan mereka. Namun tangan Max masih berada di sisi pinggang gadis itu.
Max menatap manik mata Laurel lekat membuat gadis itu salah tingkah. Kemudian mengecup singkat kening Laurel.
"Nyebelin," ujar Max setelah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE: MaxLaurel
Novela Juvenil[ COMPLETED ] Laurelia Vernande Gomez, Tipe siswa dengan kemampuan rata-rata membuatnya tidak begitu dikenal dan dipedulikan. Namun takdir mempertemukannya dengan si pentolan sekolah, Maximus Alvarez Putra dan segala aksinya membuat namanya kian har...