🔴 EXTRA CHAPTER #3 🔴

57.1K 4.3K 81
                                    

HAPPY 20K READERS YAYYY UHUYY !!!

maapkeun baru bisa update, hufttt abis tekanan batin seminggu penuh karna kakak kelas rese 👿👿😔😔

Cavetown - Things That Make It Warm

🔸selamat membaca lawan🔸

Hari ini adalah hari terakhir Max di Jakarta sebelum laki-laki itu berangkat ke Amerika dan menempa pendidikan sekaligus memimpin anak perusahaan keluarganya di Seattle.

"Kamu coba ini." Laurel menyodorkan sebuah coat kepada laki-laki yang tengah memandangnya malas.

"Coba Max," ujar Laurel lagi sembari menggoyangkan hanger yang dipegangnya.

Max menghela kemudian mengambil coat itu dan mengenakannya. Laurel tersenyum memamerkan deretan giginya sembari membantu kekasihnya itu.

"Tuhkan cocok," ucap Laurel puas melihat penampilan Max sekarang. Sebenarnya tidak sulit mencari baju yang cocok untuk laki-laki itu, hampir semua jenis dan warna cocok dipakai Max.

"Kamu suka?" tanya Laurel yang dijawab anggukan oleh Max.

Alis Laurel tertaut tidak puas dengan reaksi Max. "Bisa lebih gembira dikit gak?" desak Laurel.

"Iya sayang. Aku suka," jawab Max yang malah membuat pipi Laurel memerah.

"Jangan sayang-sayang!" seru Laurel.

Max menoyor kepala Laurel pelan sambil terkekeh pelan. "Lucu lo."

Laurel mendesis kesal. "Udah ayo cari baju lain."

Max menghela dengan bahu menurun. Ia yang akan berangkat ke Amerika namun pacarnya yang tampak sangat repot sekarang.

"Kamu aja deh, aku tunggu sini," cetus Max tidak mau ribet sambil duduk pada salah satu sofa di store itu.

Laurel memandang kesal laki-laki itu, namun kemudian gadis itu beranjak menjauh mengitari store itu untuk mencari pakaian yang cocok untuk pacarnya. Sementara itu Max mengawasi  gadisnya dari jauh. Entah mengapa di hari terakhirnya di Indonesia Laurel mengajaknya jalan-jalan. Awalnya Max menolak dengan alasan malas, namun gadis itu bersikeras ingin pergi. Jadilah mereka di sini, di salah satu toko brand pakaian laki-laki terkenal. 

Cukup lama Max menunggu Laurel. Sekitar satu jam kemudian baru gadis itu muncul dengan paperbag besar di tangannya. Hal itu membuat Max beranjak dari duduknya dengan kening mengerut.

"Nih," ujar Laurel dengan senyum sumringah sembari mengulurkan kantong belanjaan itu kepada Max.

"Ini apa?" tanya Max tidak suka. Laki-laki itu menolak mengambil paperbag yang diulurkan gadis itu. "Berapa Rel?"

Laurel menautkan alisnya. "Ambil Max. Buat kamu."

"Aku ganti uangnya."

"Enggak," tolak Laurel keras. "Kamu beliin aku art gallery masa aku gak boleh beliin kamu baju doang?"   

"Rel–"

"Ambil atau aku marah," ancam Laurel.

Max mengacak rambut Laurel sembari mengambil pemberian gadis itu. "Makasih ya."

Laurel menunjukkan senyum manisnya. "Sama-sama."

"Udah selesai kan? Pulang yuk," ajak Max yang mulai suntuk. Laki-laki  itu memang paling malas berpergian ke mall. 

INEFFABLE: MaxLaurelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang