3. Raga Ngambek

1.1K 112 2
                                    

Apapun yang akan terjadi di hari esok, kuberharap dia akan selalu berada di sisiku.

-Ragaskara Daniel

•••

AILEEN duduk di kursi dengan wajah kusutnya. Kepalanya masih terasa pusing karena ulah pengendara mobil tadi. Sesekali membuat gadis itu mual.

"Kenapa lo?"

Seketika Aileen menoleh, mempelototi laki-laki yang baru saja datang. "Raga! kamu dari mana saja? untung pagi ini ada rapat Guru dadakan. Bisa-bisa dijadiin ikan kering kamu sama Bu Jubaedah, dijemur di lapangan!"

Tanpa menjawab, Raga langsung duduk di samping Aileen. Menyandarkan belakangnya di kursi. Mengingat kembali kejadian pagi tadi.

"Bun? Bunda? Buka pintunya!" teriak Raga dari dalam kamarnya.

"Raga, sayang. Hari ini kamu agak telat dikit, ya? Pokoknya Lilin gak boleh sama kamu pagi ini." Suara Mamanya Raga- Cindy, terdengar dari balik pintu.

Raga menghelah napas, lalu melonggarkan dasi di kerah bajunya dengan kesal, "Bunda bukan anak ABG yang harus buat kejutan konyol setiap tahun."

"Bodoamat!"

Raga benar-benar geram mendengar jawaban dari Mamanya. Ia beranjak ke arah jendela kamar, namun sangat mustahil bisa melewati jendela yang sudah diberi pengaman oleh Ayahnya. Sial!

Raga mengintip dari balik jendela, melihat gadis itu berdiri tepat di depan rumahnya. Bisa dilihat dari kejauhan, gadis di sana tampak sangat kesal. Raga melirik ponselnya yang diletakkan di meja belajar semalam. Lagi-lagi, ia mendengus kesal. Ponsel itu sudah tidak ada di sana, siapa lagi kalau bukan ulah orang tuanya. "Kekanak-kanakan!"

Matanya kembali menyorot ke arah gadis tadi, namun Aileen sudah tidak terlihat lagi.

"Ga, tadi Lilin ke rumah kamu. Tapi pintu rumah kamu digembok dari luar. Kamu kemana?" tanya Aileen membuyarkan ingatan Raga mengenai insiden pagi tadi.

Lagi-lagi, Raga tidak menjawab. Membuat gadis itu mengeryitkan alisnya,"Lilin tadi tidak diantar supir, Mang Jukiman pergi sama Mama."

Sontak Raga menoleh ke arah gadis yang memanyunkan bibirnya itu. "Lo pergi bareng siapa?"

"Ngga tahu."

"Lin," Raga menatapnya tajam.

"Iya, Lilin gak tahu. Karena takut telat, mana taksi gak ada. Jadi Lilin berhentiin mobil orang." Aileen tersenyum sumringah, "hebat, kan?"

"Orangnya tua?"

"Bukan." Gadis itu mengulum senyum, sembari menopang dagunya, "cowok."

Rahang Raga menegang, "dan lo percaya gitu aja, dia bisa anterin lo ke sekolah?!"

"Buktinya, Lilin sampai dengan selamat, kan? Masih bentuk manusia,kan? Masih hidup juga, kan? Meskipun tadi cowok itu bawa mobilnya kenceng banget, sampai Lilin...."

"Jangan ulangin lagi," potong Raga.

"Ga, kamu serius banget, sih! Dia bukan orang jahat, buktinya cowok itu bantu Lilin ngikat tali sepatu Lilin." Raga melirik ke arah sepatu Aileen. Memang benar, tali sepatunya sudah terikat. "Dia juga ngucapin selamat ulang tahun."

AKSARA RINDU (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang