40. Mulai Akur

272 31 2
                                    

Jika kakimu melangkah mundur sekali, kakiku akan melangkah maju sepuluh kali. Jika kamu membutuhkan dinding untuk bersandar, aku akan selalu menjadi dinding itu untukmu. Jika kamu terjatuh, tanganku akan selalu terulur untuk membangkitkanmu."

-Ragaskara Daniel

•••

"BUNDA, Raga mohon..."

Cindy hanya menunduk, ia tidak berani menatap ke wajah anak satu-satunya.

"Raga mohon, ceritakan apa yang Raga tidak tahu selama Raga koma." Raga masih memegang erat kedua tangan ibunya.

Cindy menggeleng, air mata di pelupuk matanya masih menggenang dan hampir terjatuh.

Raga yang yakin ada sesuatu yang disembunyikan darinya terdiam, ia melepas tangan ibunya lalu ikut menundukkan kepala. Beberapa menit dengan posisi seperti itu, ia beranjak dari samping ibunya dan langsung bersimpuh di depan kedua kaki ibunya.

Cindy yang menyadari itu tersentak dan langsung berdiri dari duduknya, ia mencoba untuk membuat Raga kembali berdiri namun tidak membuahkan hasil.

"Bunda, apa yang kalian rahasiakan?" tanya putranya lagi.

"Raga, jangan seperti ini, Nak." Air mata Cindy mulai terjatuh, air mata yang berusaha keras ia tahan.

Raga kembali meraih tangan ibunya,"Bunda, Raga mohon..."

Cindy tidak kuat lagi, ia kembali duduk dan menatap putranya yang terlihat malang. Ia memegang kedua pipi putranya, lalu mengelus puncak kepala Raga dengan lembut.

"Kalian semua anak yang kuat," ujar Cindy dengan suara serak akibat menangis, "kalian semua anak yang baik."

Raga tambah yakin ada sesuatu yang benar-benar ia tidak ketahui, ia menangkap tangan ibunya dan kembali ia genggam dengan kuat. Tanpa mengatakan apa-apa, namun Cindy mengerti arti tatapan putranya.

"Maafkan Bunda dan Ayahmu," Cindy memotong pembicaraannya, ia kembali menangis.

Raga tidak tahan, ia tidak sanggup melihat air mata ibunya. "Bunda, maafkan Raga. Sudah, jangan dibahas lagi, ya. Raga tidak akan mengungkitnya lagi."

"Tidak, sayang." Cindy mengeratkan genggamannya pada tangan Raga, " Bunda tidak ingin membohongi kamu lagi."

"Sebenarnya Tante Nia, dirawat di Rumah Sakit Jiwa."

•••

"Apa aku bukan manusia lagi di mata anda!"

Aileen tersentak kaget, suara bentakan Raga mendelikkan gendang telinganya. Ia hanya diam membisu tanpa berani mengatakan apa-apa lagi. Bahkan ia tidak berani beranjak dari tempatnya.

"Bunda dan Ayahmu tidak ingin kamu khawatir, karena kamu baru bangun dari koma."

"Lilin meminta kami merahasiakan ini."

Raga menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya, matanya berair. Bisa-bisanya mereka menyembunyikan hal ini darinya. Setelah sepersekian waktu, pegangannya ia lepas dari lengan Aileen.

"Lin, maafin gue."

Semakin Raga berlaku seperti itu, semakin dada Aileen terasa sesak. Ia tidak kuat melihat laki-laki yang selama ini berada di sisinya terlihat payah seperti sekarang.

"Mungkin gue terlalu lama tidur di tempat sialan itu, sehingga lo melalui banyak kesulitan. Tapi gue janji, gue gak akan pernah membiarkan lo melalui kesulitan itu sendiri lagi." Raga mengusap air bening yang lolos terjatuh di pipi Aileen, "Ayo melaluinya bersama," ujar Raga dengan senyum yang mengembang.

AKSARA RINDU (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang