Ada beberapa pertemuan yang disebut dengan kebetulan. Namun, beberapa kebetulan itu bisa berubah menjadi sebuah takdir. Ia selalu datang ketika kita tidak menyadarinya.
-AKSARARINDU
•••
"GA!" Arwana mengoper bola basket itu kepada Raga, yang segera ditangkap oleh laki-laki itu.
Raga mendrible bola itu, lalu mengarahkannya ke ring. Shoot! Bola itu berhasil masuk.
"Udah, ah. Gue capek!" Bimo mengusap keringatnya dan berjalan ke pinggir lapangan.
"Mentang-mentang lo kalah, Njir!" umpat Arwana menatap punggung Bimo yang berjalan membelakanginya.
"Bim, tungguin gue!" Ramadhan ikut serta.
"Yaelah Bangsat! Kalian kok pada bubar?" Ipang berdecak kesal, lawannya pergi begitu saja.
"Percuma lawan kalian! Raga jago banget." Joko juga ikut pergi meninggalkan lapangan.
"Cemen banget, sih!"
Sementara Raga, ia sama sekali tidak mempermasalahkan itu. Daripada ribut-ribut tak jelas, ia memilih memperhatikan gadis yang tengah tertawa di pinggir lapangan.
"Mau dengar lelucon lagi?" Gadis itu begitu ceria.
"Garing gak, Lin?" tanya Amel yang tengah menopang dagu.
"Lin, sesungguhnya membuat orang tertawa dengan kebohongan itu adalah dosa." Fatimah yang sedaritadi duduk di sebelah Amel.
Bimo melirik tajam Fatimah, "Timah? Kayaknya lo salah masuk sekolah, deh. Harusnya lo masuk pesantren tau gak."
"Astaghfirullah," balas Fatimah sembari mengusap dadanya.
"Gimana nih? Jadi gak leluconnya?" tanya Amel tidak sabaran.
Aileen mengangguk, lalu mulai bercerita. "Suatu hari, seorang pencuri masuk ke sebuah rumah. Dia mengambil uang di dalam brangkas. Lalu dia menulis surat, 'Bukan aku yang mengambilnya'. Sehari kemudian, pencuri itu ditangkap! Hahaha!"
"Hahaha! Lucu banget, Lin! Lucu banget! Sampai ginjal gue ikut ketawa dengernya," Bimo tertawa garing.
"Lucu apanya! Gak ada lucunya sama sekali," Ipang ikut duduk di pinggir lapangan.
"Pak Bambang mana, sih?! Kita kok disuruh olahraga sendiri? Males banget gue!" Ramadhan yang sedaritadi mengibas-ibaskan kerah bajunya.
"Udah! Jangan brisik!" Aileen meraih botol air putih yang tadinya ia siapkan, lalu berlari ke arah Raga. Memberikan air itu pada laki-laki yang terlihat lelah itu.
"Mereka bener sahabatan gak, sih?" tanya Joko.
"Gue ragu," ujar Ramadhan.
"Mereka pasti pacaran!" balas Ipang.
"TTM itu mah, Teman Tapi Mencintai. Wkwkwk!" sahut Arwana.
Fatimah tiba-tiba berdiri, ia menarik napas dalam lalu menghembuskannya. "Sesungguhnya berburuk sangkah itu..."
"Bubar! Bubar!" Belum juga ucapan Fatimah sampai, sekumpulan laki-laki yang tadinya ngerumpi sudah memotongnya.
"Astaghfirullah!" ujar Fatimah mengelus dadanya.
Mata Amel berbinar, ia menatap Andrew yang baru saja datang. Laki-laki itu terlihat sangat tampan baginya, meski tukang telat masuk sekolah.
"Bebph! Kamoh haus?" Amel berhenti tepat di hadapan Fatimah, ia menyodorkan sebotol air pada Andrew yang baru datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA RINDU (SELESAI)
Ficção Geral"Perihal Persahabatan, Luka, dan Cinta." Kupersembahkan AKSARA RINDU Aileen Nathania memiliki Ragaskara Daniel sahabatnya yang selalu berada di sisinya sejak kecil. Gadis itu selalu bergantung kepada laki-laki itu, bahkan hal kecil seperti mengikat...