32. Konsekuensi

339 40 13
                                    

Menang dan kalah dalam permainan, hal itu tentang strategi dan pengalaman.

-Galang Abishar

•••

"KAMU boleh pulang. Tapi ingat! Kamu harus istrahat total di rumah selama seminggu. Jangan terlalu capek, jangan banyak pikiran, dan jaga kesehatan kamu."

Terhitung satu minggu setelah Raga membuka mata, dan sekarang ia diperbolehkan pulang. Harusnya Raga merasa senang karena ia bisa kembali ke rumah, namun sampai kini semangatnya terasa menghilang.

Hampir setiap hari Raga ke rumah Aileen, menunggu kedatangan gadis itu. Namun Aileen tidak pernah memperlihatkan wujudnya.

Malam itu, Raga duduk di depan jendela kamar sambil memandang bulan. Angin menghembus membelai kulit wajahnya, menciptakan suasana tenang penuh kedamaian.

Tapi, hati Raga masih tidak bisa tenang. Ia tidak tahu Aileen ada di mana, dan kapan ia bisa menemuinya.

Raga tidak tahu apakah Aileen baik-baik saja. Apakah Aileen bahagia atau malah sebaliknya? Tentu saja Raga sangat khawatir memikirkan itu.

Selain khawatir, jujur saja Raga merindukan Aileen. Rasanya hampa saat gadis itu tidak berada di sisinya. Rindu dengan senyumnya, omelannya, bawelnya, jailnya, tawanya, dan semuanya.

"Lin, apa kamu marah sama aku?" gumam Raga, yang tidak lepas menatap ke arah langit malam.

Setiap Raga merindukan Aileen, ia akan menatap bulan di atas sana. Baginya, meski berbeda tempat tapi ia percaya bahwa Aileen juga menatap bulan yang sama. Ia menatap lekat bulan itu sembari membayangkan senyuman manis Aileen. Hanya itu yang ia dapat lakukan untuk mengobati rindu yang membludak di relung hatinya.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka, membuat Raga refleks menoleh. Terlihat Cindy muncul dari balik pintu.

"Sayang, ini sudah malam. Jangan berdiri di depan jendela, angin malam tidak baik untuk kesehatan." Cindy dengan cepat berjalan ke arah Raga dan menutup jendela itu.

Raga menggeser tubuhnya, memberi ruang kepada ibunya untuk menutup jendela kamarnya.

"Bunda, tante Nia ke mana?" tanya Raga sembari mendudukkan dirinya di sisi ranjang.

Tangan Cindy yang tadinya berusaha menutup jendela, tertahan. Ia diam sejenak seakan memikirkan sesuatu. Memang belum ada yang menceritakan kepada Raga bahwa mamanya Aileen tengah berada di rumah sakit jiwa sekarang. Baik itu Daniel atau dirinya, mereka belum berani menceritakannya.

"Kamu lebih baik tidur, agar kesehatan kamu segera pulih." Cindy menarik jendela itu hingga rapat lalu menguncinya.

Laki-laki itu bergegas naik ke tempat tidurnya, dan membaringkan tubuhnya begitu saja di ranjang.

"Tidur yang nyenyak, Sayang. Jangan buat Bunda sama Ayah khawatir lagi," ujar Cindy sembari menarik selimut untuk menutupi tubuh Raga sampai dada, "Bunda sayang sama kamu."

Raga menarik sudut bibirnya, "Selamat malam, Bunda," ujarnya lalu memejamkan mata dan terlelap.

Sedangkan wanita paruh baya itu, ia masih duduk di sisi ranjang menatap putranya yang terlelap. Sebenarnya ia sudah tahu Aileen ada di mana, hanya saja tidak ingin mengatakannya pada Raga. Tentu, semua atas permintaan gadis itu.

•••

"Lin, ini catur kamu?" tanya Sukijan sembari mengangkat catur berwarna biru putih.

AKSARA RINDU (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang