Terkadang, orang yang kita percayai. Justru dialah yang mengecewakan.
-Aileen Nathania
•••
SEMAKIN hari, rumah besar dan mewah itu terasa hampa bagi Aileen. Mamanya sudah tidak menampakkan senyumannya lagi. Omelan yang dulunya selalu terdengar di depan tv, juga tidak terucap lagi. Setiap pagi, ketika Aileen memijakkan kakinya turun dari kamar. Hal yang pertama kali ia lihat hanyalah seorang wanita lemah dan pucat, duduk di pojok jendela dan terus menatap ke arah luar.
"Apa yang kau tunggu, Mom? Daddy tidak akan pulang," batin Aileen.
Setiap terbit fajar, Nia sudah duduk di atas kursi di sudut jendela. Menatap kosong ke arah luar, seakan mengharapkan kedatangan seseorang. Ia baru akan beranjak dan masuk ke kamarnya kembali saat matahari sudah terbenam di ufuk barat.
Aileen melangkahkan kakinya mendekati wanita lemah itu, lalu berlutut tepat di depannya. Ia mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan mamanya. Terasa sangat menyakitkan, ketika mamanya sama sekali tidak menghiraukan keberadaannya.
"Mom," panggil Aileen dengan bibir yang bergetar, "Lilin kangen Mommy yang dulu," ujarnya dengan mata yang berkaca-kaca.
Wanita lemah itu selalu seperti itu. Jangankan menjawab, menoleh ke arah putrinya saja tidak. Untuk yang kesekian kalinya, Aileen meneteskan kembali air matanya. Seorang ibu yang dulunya selalu mendengarkan ceritanya, sekarang hanya duduk diam membisu menatap kosong ke luar jendela.
Aileen masih menggenggam tangan Nia, ia menarik tangan itu kemudian mengecupnya.
"Mom, Lilin tahu betapa sakitnya hatimu. Mommy pasti jauh lebih kecewa dibanding Lilin," ujar Aileen, sembari menidurkan kepalanya di pangkuan Nia, "tapi mengapa Mommy masih mengharapkan laki-laki brengsek itu kembali?"
Air mata terus mengalir di pipi Aileen, menangis dipangkuan mamanya sedikit membuatnya merasa lebih baik. Ia menghapus air mata yang membasahi pipinya, lalu mengangkat kepalanya untuk melihat wajah mamanya. Pucat, lusuh, lemah, itulah kata yang tepat untuk menggambarkan apa yang Aileen lihat sekarang.
Aileen membelai rambut kusut mamanya, ia menatap iba melihat keadaan mamanya sekarang. Nia, seorang istri yang masih setia mengharapkan kepulangan suami yang berkhianat itu kembali. Jelas-jelas laki-laki itu sudah tidak memperdulikan mereka.
Keluarga yang dulunya membuat orang berpikir tidak ada kekurangan di dalamnya, seketika berubah menjadi sebuah penderitaan yang menyakitkan. Kehidupan yang dulunya setiap orang ingin berada di posisinya, sekarang berubah menjadi tidak ada yang peduli.
•••
Raga membuka jendela kamarnya, merasakan angin malam menghempas wajahnya. Langit di atas sana tampak gelap, tidak terlihat satupun bintang.
Ia kemudian menengadahkan kepalanya ke arah kamar gadis di sebelah rumahnya. Pikirannya tidak bisa lepas dari Aileen. Apa yang gadis itu lakukan sekarang?
Raga melangkah masuk ke dalam rumah Aileen, mendapati gadis itu tengah menangis di ruang keluarga.
"Lin," panggil Raga.
Aileen secepat kilat menghapus air matanya, lalu menoleh ke arah Raga.
"Iya, Ga." Aileen berusaha tersenyum.
"Kenapa gak sekolah? tadi lo bilang mau dianterin Kang Jukiman?"
"Lilin mau nemenin Mommy di rumah," ujar gadis itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA RINDU (SELESAI)
General Fiction"Perihal Persahabatan, Luka, dan Cinta." Kupersembahkan AKSARA RINDU Aileen Nathania memiliki Ragaskara Daniel sahabatnya yang selalu berada di sisinya sejak kecil. Gadis itu selalu bergantung kepada laki-laki itu, bahkan hal kecil seperti mengikat...