18. Trauma (2)

580 50 0
                                    

Takut itu harus dilawan. Kalau ngga, kamu akan terus-menerus merasa takut.

-Galang Abishar

•••

"LO ngapain pindah ke sekolah gue?" tanya Andrew pada Galang, sesampainya mereka di taman belakang sekolah, "jangan bilang lo mau balas dendam ke Raga? Itu sebabnya lo pindah ke sekolah ini?"

Galang mendudukkan dirinya di kursi taman, "Gue di keluarin dari sekolah," jelasnya, membuat Andrew membulatkan matanya.

"Yang bener aja? Kenapa?"

"Gara-gara bolos sekolah," jawab Galang.

Andrew menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Masa cuma karena bolos lo dikeluarin dari sekolah? Candaan lo gak luc...

"Bolos 1 tahun!" potong Galang sambil menyeringai.

"Shit! Gila! Lo masih waras, Lang?" Andrew tersentak mendengar ucapan Galang. Di mana-mana, orang bolos sekolah sehari dua hari. Nah, si Galang? Setahun?

"Lo mau tanya itu doang?" Galang beranjak dari duduknya, ia berjalan santai sembari memasukkan tangannya di saku celana. "Balik ke kelas yuk, gue gak mau bikin masalah di hari pertama gue di sekolah ini. Kasihan orang tua gue, bela-belain pulang dari London demi nyuruh gue lanjutin sekolah."

Andrew mengikuti Galang dengan pandangannya, ia merasa belum puas dengan jawaban itu. "Lang!" panggilnya, membuat langkah Galang terhenti.

"Hm?"

"Kenapa lo milih SMAN 1 Mourem? Jangan bilang karena Nyokap lo kenal dekat sama Nyokap gue, jadi Nyokap gue ngehasut Bokap gue biar nerima lo sekolah di sini?" Ayah Andrew memang seorang ketua komite sekolah.

Galang menaikkan sudut bibirnya, "Gue yang milih sekolah di sini karena ada lo, Njir."

Andrew mengulum senyumnya, "Lo emang setia kawan, Nyet! Terharu banget gue."

"Buruan! Gue tinggal juga lo!"

Andrew tersenyum sumringah, lalu berjalan ke arah Galang. Ia merangkul pundak temannya itu dan berjalan bersama kembali ke kelas.

•••

Galang yang duduk di bangku depan mengeryitkan dahinya. Matanya menatap aneh guru yang duduk di depan sana. Ia adalah pak Yono, wali kelas sekaligus guru seni musik. Guru itu tengah menyisir rambut tipisnya sembari bersiul-siul, membuat sebagian besar murid di dalam kelas itu menahan tawa.

"Siap ujian?" tanya pak Yono sembari menyelipkan sisir kecilnya kembali ke saku celana.

"Siap, Pak!"

Pak Yono tersenyum, ia menatap murid di kelas itu satu persatu. "Ujian kali ini adalah menyanyikan lagu bebas, jadi Bapak akan menunjuk kalian untuk maju ke depan dan bernyanyi," jelas pak Yono, hingga pandangannya berhenti kepada Arwana.

Arwana menelan salivanya, saat pandangan pak Yono mengarah padanya. Firasatnya mulai memburuk.

"Arwana! Kamu maju!" perintah pak Yono.

"Anjrit! Siap-siap tutup telinga gue," ledek Ipang yang duduk di samping Arwana.

Arwana berdiri dari duduknya, ia mengatur napas sebelum melangkah maju. Kenapa mesti namanya yang pertama disebut coba?

Pak Yono menoleh ke arah Arwana yang sudah berdiri di sampingnya. Terlihat jelas kalau Arwana begitu gugup.

"Mau nyanyi lagu apa?" tanya pak Yono.

AKSARA RINDU (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang