10. Kebohongan Raga

787 70 3
                                    

Jangan pernah jatuh cinta padaku. Jika itu terjadi, keakraban kita selesai.

­-Aileen Nathania

•••

BEL istirahat berbunyi, seluruh penghuni kelas berhamburan untuk keluar. Ada yang memilih ke perpustakaan, ada yang memilih nongkrong di halaman sekolah, dan lebih banyaknya memilih ke kantin.

"Lin, hidup lo beruntung banget," ujar Arwana yang duduk di depan Aileen. Mereka sedang di kantin.

"Maksudnya?" tanya Aileen tidak mengerti.

Arwana memutar pandangannya, menyorot ke arah Raga yang berdiri memesan menu untuk Aileen. "Lo punya orang tua yang begitu sayang sama lo. Udah gitu, lo orang kaya, punya sahabat yang care banget sama lo, punya otak yang pinter banget pulak!"

Aileen yang mendengar itu mengulum senyum, "Wan, Lilin jelasin sama kamu. Pertama, semua orang tua pasti menyayangi anaknya, hanya saja cara mereka berbeda. Kedua, harta itu semuanya pemberian Tuhan. Biar kita hidup sederhana, kalau kita bersyukur pasti kita akan bahagia. Yang ketiga, semua orang itu pintar kalau mereka mau belajar."

"MaasyaAllah, indah sekali penjelasannya, Lin." Tiba-tiba Fatimah muncul entah dari mana.

"Timah! Lo lagi, lo lagi!" Ipang menggeleng-gelengkan kepala. Di mana-mana Ustadzah itu selalu muncul.

Fatimah tersenyum lebar, "Kalau gitu Fatimah pergi. Jangan lupa baca doa sebelum makan, ya!" ujar Fatimah dan beranjak mencari meja yang kosong.

"Bener kata Bimo, keknya dia salah masuk sekolah deh!" gerutu Ipang sembari menatap tajam punggung gadis berhijab itu.

"Pang, SEKATE-KATE LO! Itu calon bini gue!" ujar Arwana pada Ipang.

"Gue Aminin, dah! Supaya lo selamat dunia akhirat kalau sama si Timah," cerocos Ipang lalu melahap makanan di depannya.

Aileen kembali menatap Arwana, "Hmm, kamu juga beruntung 'kok."

"Beruntung apaan?" tanya Arwana.

Aileen melirik Ipang yang tengah memakan makanannya dengan lahap, "Punya Ipang yang ke mana-mana selalu barengan."

"Anjirrr! Malah gue heran sama nih anak. Di antara banyaknya murid yang sekolah di sini, kenapa dia nempel mulu ama gue?"

Mendengar itu, Ipang menoleh ke arah Arwana. "Bukawnnya lwo yawng ikuwt tewrus kewmana guwe pewrgi?" tanyanya dengan mulut yang penuh makanan, membuat makanan itu memerciki Arwana.

"Shit! Jorok banget lo, Pang!"

"Makan, gih! Makanlah makanan yang bergizi, supaya kalian pintar," ujar Aileen.

"Gue sebenarnya juga pintar, Lin. Hanya saja kepintaran gue, gue simpen buat masa depan," balas Ipang, lalu meneguk minumannya.

"Lo bisa lihat sendiri, Lin. Gimana begonya dia." Arwana memutar bola matanya malas. Memilih melahap makanannya.

"Ada apa? Ada apa?" Andrew datang dan langsung duduk di samping kiri Aileen.

"Kamu lagi, kamu lagi!" decak Aileen.

"Bicarain apa, sih?"

"Kepo aja kamu!" cetus Aileen.

"Sayang, mau duduk di sini, ya?" Amel yang datang bersama dengan Raga, membawa menu yang mereka pesan lalu meletakkannya di meja.

Raga yang tidak mengatakaan apa-apa ikut duduk di sisi kanan Aileen yang kosong, menyodorkan sepiring nasi goreng kepada gadis itu.

"Makasih, Aa' Aga," ujar Aileen.

AKSARA RINDU (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang