Jangan suruh gue untuk jauhin lo, karena tanpa lo minta gue akan selalu ada buat lo.
-Ragaskara Daniel
•••
SEMALAMAN Aileen terus menangis, ia memikirkan kemarahan Raga padanya. Gadis itu merasa bersalah dan menyadari dirinya memang keterlaluan.
Ia keluar dari kamarnya berniat untuk lari pagi, sekaligus meminta maaf pada Raga atas pertengkaran semalam.
Gadis itu masih menenteng sepatu talinya, ia akan memakainya saat Raga datang memanggilnya. Namun sudah beberapa menit berlalu dari jam biasanya mereka olahraga, tapi laki-laki itu belum juga menghampirinya.
"Apa Raga tidak olahraga?" gumam Aileen dan memakai sepatunya tanpa diikat terlebih dahulu.
Aileen berjalan keluar pagar rumahnya, ingin memastikan kalau Raga benar-benar tidak lari pagi hari ini. Ia menoleh ke arah kiri-kanan, mencari-cari laki-laki itu. Benar, Raga tidak terlihat.
"Raga benar-benar marah," gumamnya.
Tidak ada tanda-tanda kalau Raga berolahraga pagi ini, membuat Aileen mengurungkan niatnya dan beranjak untuk kembali masuk ke dalam rumahnya. Namun saat ia baru saja berbalik, suara langkah kaki terdengar dari belakang. Spontan, Aileen memutar tubuhnya.
Mata Aileen berbinar saat Raga terlihat berlari ke arahnya, membuat senyuman gadis itu merekah. Ia melambaikan tangan pada Raga yang semakin mendekat.
"Ga, kamu kok gak ngajak Lilin, sih?" tanya Aileen saat Raga sudah sangat dekat dengannya.
Detik berikutnya, senyuman di wajah Aileen memudar. Bukannya menjawab pertanyaan Aileen, Raga malah memasang earphone di kedua telinganya. Laki-laki itu terus berlari melewati Aileen begitu saja, tanpa menoleh sedikitpun.
Gadis itu mematung, ia memasang wajah tidak percaya.
Setelah itu, Aileen dengan cepat menyusul Raga yang sudah berlari jauh di depannya. Dengan langkah kesulitan sebab tali sepatunya tidak terikat, ia berusaha mengejar Raga.
"Raga!" Gadis itu mempercepat langkahnya sambil berteriak, "tungguin Lilin!"
Sementara Raga di depan sana mendengar, namun enggan untuk berhenti ataupun menoleh. Ia terus berlari dengan rasa kecewanya.
Raga membuka pintu dan mendapati ibunya sudah berdiri menunggunya. Ia segera menyodorkan ponsel itu.
"Lilin sudah tidur?" tanya Cindy.
Raga tidak menjawab, ia memilih masuk ke dalam kamarnya. Hal itu membuat Cindy dan Daniel saling menatap heran.
Laki-laki itu duduk di kursi belajarnya, menatap jendela kamar gadis itu. Entah mengapa ia merasa sangat marah. Ia lalu berdiri dan berjalan ke depan jendelanya, menarik dengan kasar tirai itu hingga menutupi jendela sepenuhnya. Agar pandangannya tidak melihat ke rumah itu lagi.
Pintu kamarnya terbuka, ia menoleh dan mendapati ayahnya masuk ke dalam kamar miliknya. Daniel duduk di kursi menatap putranya sambil tersenyum.
"Kamu kenapa?" tanya Daniel.
"Tidak apa-apa Ayah," elak Raga.
"Kalian bertengkar?"
Raga duduk di tepi ranjangnya, ia menunduk. "Dia menyuruh Raga menjauhinya," jelas Raga.
"Loh? Kenapa?"
"Dia punya teman baru Ayah, sepertinya Lilin menyukainya." Raga memang susah menceritakan masalahnya. Tapi jika bersama ayahnya, sekali ia buka suara maka ia akan sangat terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA RINDU (SELESAI)
Fiction générale"Perihal Persahabatan, Luka, dan Cinta." Kupersembahkan AKSARA RINDU Aileen Nathania memiliki Ragaskara Daniel sahabatnya yang selalu berada di sisinya sejak kecil. Gadis itu selalu bergantung kepada laki-laki itu, bahkan hal kecil seperti mengikat...