Menangislah jika ingin menangis. Bila dalam kesedihan, jangan pernah menahan air mata. Menangislah jika itu bisa membuatmu legah.
-Kinanti Delila
•••
PONSEL Kinan bergetar, ia mengerutkan alisnya saat melihat nama Sukijan tertera di layar. Tumben laki-laki itu menelponnya."Halo, Kang."
"Non, Kinan." Suara laki-laki terdengar berbisik-bisik, "Lilin nangis kejer, Non!"
Kinan sontak berdiri dari duduknya, "Kok bisa?!"
"Raga datang."
Kinan dengan ekspresi panik memasuki warkop. Baru saja ia mendengar kabar kalau Aileen bertengkar dengan Raga. Tidak, ia tidak bisa membiarkan temannya menangis di sana.
Langkah Kinan terhenti di ambang pintu. Pandangannya mendapati Aileen tengah bersimpuh di lantai sembari menangis terisak-isak. Sukijan yang menyadari kedatangan Kinan langsung berdiri, memberi ruang untuk Kinan mendekati Aileen.
"Raga mana?" tanya Kinan pada Sukijan.
"Udah pergi, Non."
"Kang, tutup warkopnya. Akang pulang duluan hari ini."
Sukijan mengangguk, dan segera melaksanakan perintah dari Bosnya. Ia paham dengan situasi sekarang.
Melihat bagaimana Aileen sekarang, membuat siapa saja ikut merasakan perih di lubuk hatinya. Kinan sebagai seorang teman langsung berjongkok di samping gadis itu."Ki-Kinan, Ra-Raga marah sama Lilin," ujar Aileen dengan suara isak tangis yang menggema di ruangan itu.
Kinan diam sejenak, ia menatap nanar gadis yang masih terus menangis itu. Detik berikutnya, ia menarik Aileen ke dalam pelukannya. "Menangislah jika ingin menangis. Bila dalam kesedihan, jangan pernah menahan air mata. Menangislah jika itu bisa membuatmu legah."
Kinan menatap nanar Aileen yang tengah berdiri di depan kaca rias. Sudah dua hari berlalu sejak Aileen bertengkar dengan Raga di warkop, namun wajah gadis itu masih terlihat murung.
"Lo beneran mau pulang ke rumah?" tanya Kinan yang duduk di sisi ranjangnya.
"Iya, Kin. Malam ini Lilin mau nginap di rumah aja," jawab Aileen.
"Lo gak apa-apa sendirian di rumah?"
Selain Raga sekeluarga, Kinan adalah orang yang juga tahu masalah keluarga Aileen. Tidak ada sedikitpun yang disembunyikan pada Kinan. Bahkan bisa dibilang bahwa Kinan lebih banyak tahu tentang masalah Aileen dibanding Raga.
Aileen menoleh, menatap Kinan di sana. "Aku ingin sendiri malam ini, Kin. Tiba-tiba saja aku merindukan Mommy."
Kinan terdiam sejenak, ia tidak bisa membantah jika itu sudah menyangkut mamanya Aileen. Ia paham bagaimana sulitnya Aileen membiasakan diri dengan semuanya sampai sejauh ini. Meski setiap hari Sabtu gadis itu menghabiskan waktu untuk mengunjungi mamanya, namun bukan berarti ia tidak akan merindukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA RINDU (SELESAI)
Genel Kurgu"Perihal Persahabatan, Luka, dan Cinta." Kupersembahkan AKSARA RINDU Aileen Nathania memiliki Ragaskara Daniel sahabatnya yang selalu berada di sisinya sejak kecil. Gadis itu selalu bergantung kepada laki-laki itu, bahkan hal kecil seperti mengikat...