Tuhan, bolehkah aku menangis? Hari ini duniaku benar-benar hancur.
-Aileen Nathania
•••
"JADI kamu tidak ingin ikut wisata liburan akhir semester?" tanya pak Yono setelah meletakkan absensi yang tidak ditanda-tangani oleh Aileen.
"Iya, Pak."
"Kamu tidak pergi karena ingin menjaga Raga?" tanya pak Yono lagi, ingin memperjelas.
Aileen mengangguk, "Iya, Pak."
Pak Yono menghelah napas berat, "Iya kalau begitu. Lagian wisata ini tidak wajib, jadi tidak apa-apa kalau kamu tidak ikut."
"Terima kasih, Pak!" ujar Aileen.
"Iya, sampai jumpa di kelas III. Bapak masih akan menjadi Guru seni kalian, meski sudah bukan wali kelas lagi."
"Iya, Pak. Terima kasih untuk semuanya."
Aileen menggigit bibir bawahnya, ia melangkahkan kakinya keluar dari ruang guru. Ia sengaja datang ke sekolah hari ini, untuk memohon pada pak Yono agar tidak ikut di acara liburan akhir semester.
"Lin, are you Ok?" Amel yang tidak sengaja melihatnya, datang menghampiri. Ia berlutut di depan Aileen dan langsung mengikat tali sepatu gadis itu.
"Aku baik-baik saja, Mel," jawab Aileen.
"Kamoh ngapain ke ruang Guru?" tanya Amel sambil menatap pintu ruangan itu, lalu kembali berdiri.
"Lilin minta agar tidak ikut di liburan akhir semester," jelas Aileen.
Raut wajah Amel berubah sedih, ia tahu kalau Aileen melakukan itu semua karena tidak ingin meninggalkan Raga.
"Pasti karena kamu mau jagain Raga 'kan? Amel meraih tangan Aileen dan menggenggamnya, "maafin Amel ya, Lin. Amel tidak bisa membantu apa-apa kecuali do'a."
Aileen menatap Amel lalu tersenyum, "Tidak apa-apa, Mel."
•••
"Iya, katanya Raga kecelakaan karena mau jemput Lilin."
"Emang, sih. Lilin selalu bergantung sama Raga."
"Kasihan Raga, dia harus koma gara-gara Lilin."
"Lilin emang gitu! Dikit-dikit Raga, dikit-dikit Raga."
"Sssttt! Orangnya dateng!"
Baru saja Amel dan Aileen melangkah masuk ke dalam kelasnya, murid-murid di kelas itu sudah memberikan tatapan tajam mematikan pada Aileen. Bahkan Arwana, Ipang, Ramadhan, Bimo yang duduk di belakang sana, juga memilih diam.
Langkah Aileen terhenti, matanya tidak sengaja menyorot tulisan di papan tulis. Seketika dadanya terasa sesak, matanya berkaca-kaca.
AILEEN PEMBAWA SIAL!
PEMBAWA SIAL!
MAMANYA GILA!
ANAKNYA PEMBAWA SIAL!Tulisan di papan tulis itu seakan-akan mecabik-cabik hati Aileen.
"Lin, emangnya bener kalau Tante Nia..." Bimo menjeda ucapannya, "gi-gila?"
Aileen menoleh ke arah murid-murid di sana. Ia menarik senyum di bibirnya, namun hatinya terasa begitu perih. Mengapa saat Raga tidak ada di sisinya, semua ini terjadi?
"Mommy baik-baik saja," ujar Aileen yang berusaha menyembunyikan lukanya. "Hhh, siapa yang tulis itu? Bercandanya lucu." Aileen menunjuk tulisan itu sambil tertawa, tapi matanya berair.
![](https://img.wattpad.com/cover/218255584-288-k732595.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA RINDU (SELESAI)
Fiksi Umum"Perihal Persahabatan, Luka, dan Cinta." Kupersembahkan AKSARA RINDU Aileen Nathania memiliki Ragaskara Daniel sahabatnya yang selalu berada di sisinya sejak kecil. Gadis itu selalu bergantung kepada laki-laki itu, bahkan hal kecil seperti mengikat...