Cerita tentangmu belum usai. Namun cerita tentangku di hidupmu sudah di lembaran terakhir.
-AKSARARINDU
•••
MATA gadis itu terbuka, menyorot kosong dream catcher berwarna biru yang menari di langit-langit kamar. Ia bergeming dalam waktu yang lama, mencoba menetralkan degup jantungnya yang memburu.
Detik berikutnya, ia langsung bangun dengan raut wajah gelisah seperti kehilangan sesuatu yang sangat berharga.
"Sayang, kamu sudah bangun?"
Aileen menoleh, mendapati mamanya tengah memegang erat tangannya. Raut wajah Nia tampak khawatir membuat Aileen menatap penuh tanya. Apa yang terjadi?
Setelah itu, Aileen kembali mengangkat kepalanya. Pandangannya menyorot setiap sudut ruang kamar, namun ia tidak menemukan orang itu. Apa ia hanya mimpi?
Aileen menghelah napas, ia menundukkan kepalanya dalam. Ada kalanya ia terbangun di pagi hari dan menyadari beberapa pagi masih seperti hari-hari sebelumnya, ia membuka mata dan berharap mimpi itu adalah kenyataan. Lagi, ia sangat merindukan laki-laki itu hingga terbawa mimpi.
Rindu itu curang, selalu bertambah tanpa tahu caranya berkurang. Merindukan seseorang dan tidak bisa melihatnya adalah perasaan terburuk yang pernah ada.
"Sayang, maafkan kesalahan Mommy di masalalu yang membuatmu kecewa." Nia yang masih memegang erat tangan Aileen, "Mommy janji, Mommy akan melakukan yang terbaik untuk kebahagiaan kamu. Sekarang, besok, dan kedepannya."
Gadis itu perlahan menoleh, mendapati mamanya yang mencium punggung tangannya dengan rasa penuh sesal. Hanya dengan tatapan kosong, ia mencoba mencerna apa yang mamanya katakan.
Tapi tunggu! Jika mamanya meminta maaf karena kejadian semalam, berarti ia tidak bermimpi?
Aileen melepas tangan mamanya dan langsung beranjak dari tempat tidur. Ia tidak menghiraukan mamanya yang bertanya 'Ada apa? Kamu cari siapa?'
Gadis itu menambah kecepatan langkahnya, memeriksa setiap ruangan yang ada di rumah itu. raut wajahnya gelisah sembari terus memeriksa sampai ke luar rumah. Namun, ia tidak menemukan apa-apa.
"Mom, Raga mana? Raga semalam temuin Lilin. Raga mana Mom?" tanya Aileen yang kembali memeriksa setiap ruangan.
Nia mematung, ia menatap iba putrinya. Lagi-lagi, ia merindukan Raga sampai berhalusinasi.
"Lin, cukup!" Nia menarik lengan Aileen untuk berhenti, lalu mendekap putrinya ke dalam pelukannya. "Raga tidak pernah di sini sayang. Semalam kamu pingsan dan Kinan yang membawamu pulang."
Detak jantung Aileen terasa berhenti. Jika ini hanya mimpi, lantas mengapa masalah dengan mamanya adalah kenyataan? Ia melepas pelukan mamanya, lalu menatap wanita itu dengan mata berkaca-kaca.
"Lilin butuh ruang untuk sendiri," ujar Aileen dan langsung berlari menuju kamar.
Ia mengunci pintu kamarnya dan membuang dirinya di atas ranjang. Tangannya bergerak untuk meraih bingkai foto di nakas, lalu menatap gambar dua anak kecil yang tersenyum di dalamnya. Tidak ada satu haripun berlalu tanpa melihat fotonya, atau menangisinya. Atau keduanya.
•••
Suara pintu terbuka membuat Nia refleks menoleh ke arahnya. Ia tersenyum ramah menyambut seorang gadis seumuran Aileen masuk ke toko.
"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?" sambut Nia dengan begitu ramah.
Gadis itu terdiam, namun matanya berbinar. "Tante Niaaa!" serunya. "Akoh Amel, Tan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA RINDU (SELESAI)
Narrativa generale"Perihal Persahabatan, Luka, dan Cinta." Kupersembahkan AKSARA RINDU Aileen Nathania memiliki Ragaskara Daniel sahabatnya yang selalu berada di sisinya sejak kecil. Gadis itu selalu bergantung kepada laki-laki itu, bahkan hal kecil seperti mengikat...