(Vol. 1) 1st Event: Dr. Jekyll & Mr. Hyde (Bagian 1)

1.4K 255 76
                                    

1st Event: Dr. Jekyll & Mr. Hyde

 "Rahasia dari menjadi membosankan adalah mengatakan semuanya."

VoltaireLe secret d'ennuyer est celui de tout dire (1738)

05 Agustus 2025

"Pagi, Aila." Sapaan itu masuk ke telingaku.

Aku memalingkan wajah ke arah sumber suara. Tampak sosok gadis cantik berseragam SMA ditambah blazer hitam ciri khas kelas ini, Kelas F. Rambut panjangnya dibiarkan terurai, agak sedikit basah. Sepertinya hari ini dia juga buru-buru pergi sehingga tidak sempat mengeringkan rambutnya.

Parfum yang dia gunakan cukup menyengat, wangi lavender. Orang itu adalah satu-satunya temanku di kelas ini, Felly Andara. Dia melengkungkan bibirnya ketika mata kami bertemu.

Aku tersenyum sembari membalas sapaan tadi. Senyuman Felly makin melebar, tidak mau kalah. Dia langsung duduk di kursinya yang berada tepat di depanku. Gadis itu langsung berbalik menghadap kemari, kelihatannya dia ingin berbicara denganku.

Aku paham kenapa dia melakukan ini, pasti ingin membicarakan masalah kemarin di kelas. Bagaikan badai, kejadian semalam mengguncang semua murid Kelas F.

Senin pertama pada bulan Agustus, tepatnya kemarin. Pak Irfan datang ke kelas dengan sifat malasnya seperti biasa. Kami tidak ada yang mengira kalau itu adalaj pemberitahuan tentang popularitas kami menjadi nol dan tidak ada yang menyadarinya.

Setiap pelanggaran yang kami lakukan akan berakibat mengurangi Popularitas kami, dari awalnya 10.000 menjadi kosong atau tidak tersisa. Belum lagi fakta kalau sampai popularitas kami tetap berada di angka nol maka kami akan di dropout dari sekolah.

Tidak heran banyak kelompok murid yang membicarakan tentang popularitas serta bagaimana meningkatkannya saat berangkat tadi. Bagi mereka dan juga aku, mustahil mau menerima julukan anak putus sekolah hanya gara-gara hal konyol seperti popularitas nol itu.

"Kemaren bener-bener bikin kaget ya, ahaha," kata Felly memulai pembicaraan sedikit canggung.

Meskipun bisa dibilang dia satu-satunya temanku di kelas, kami hanya pernah mengobrol beberapa kali. Wajar saja kalau Felly masih agak canggung saat berbicara padaku. Sebenarnya aku juga sama, berbicara dengan seseorang yang bisa dibilang teman di tengah-tengah orang asing ini, rasanya membuatku gugup.

"Bener banget, apalagi ancaman terakhir Pak Irfan bikin merinding."

Mulutku terdiam sebentar, melihat wajah Felly yang masih canggung. Setelah mendengar ucapanku tadi dirinya tampak sedikit berpikir. Sebelum dia mengatakan sesuatu, aku segera melontarkan pertanyaan.

"Felly udah tau cara naikin popularitas?"

Aku harus bisa mendominasi percakapan canggung ini, jika tidak dia pasti akan melihatku sebagai gadis aneh penyendiri dan tidak mau lagi mengobrol denganku. Paling tidak, di kelas ini, aku harus memiliki seorang teman untuk diajak bicara.

"Aku juga belum tau sih. Pak Irfan nyuruh kita buat nyari tau sendiri, tapi gimana nyari taunya ya. Kayaknya enggak mungkin deh nanya ke guru lain."

Ucapannya barusan tidaklah salah. Jika Pak Irfan saja tidak memberitahu kami caranya, maka kemungkinan besar guru lain juga tidak akan mengatakannya. Akan tetapi, apa benar begitu? Atau hanya wali kelas kami saja yang malas menjelaskannya?

Masih banyak yang belum aku ketahui meskipun sudah berada di sekolah ini selama satu bulan. Salah sedikit saja, sekolah ini bisa dengan mudah men-dropout muridnya. Kehidupan SMA impikanku ... sepertinya tidak bisa kujalani semudah membalikkan telapak tangan.

Felly bertanya tentang pendapatku bagaimana cara memperoleh popularitas. Aku memasang wajah sedikit bingung sambil berpikir. Lalu aku mengeluarkan smartphone dari saku.

"Kayaknya fitur-fitur di aplikasi ini jawabannya deh," kataku sambil menyalakan aplikasi Amemayu.

Aku memperlihatkan smartphone-ku kepada Felly. Di sana terdapat info tentang sebanyak apa popularitas yang aku miliki, dan di bawahnya banyak menu-menu lain.

Salah satu menunya kurasa akan menarik perhatian gadis itu adalah menu pentas. Tadi malam aku sudah coba membaca informasi dari fitur-fitur tersebut sebelum tidur.

"Apa maksudnya, La?" tanya Felly dengan nada bingung.

Oh tidak, apa dia memang tidak pernah membuka aplikasi ini? Aku kira setelah pemberitahuan semalam, rata-rata siswa di kelas akan membuka aplikasi Amemayu dan mencari tahu fitur-fiturnya.

Sebenarnya aku berharap banyak kalau Felly sudah mencoba dan membaca penjelasannya. Namun sayang, aku salah. Siswa Kelas F tampaknya sama sekali tidak peduli dengan aplikasi ini.

Ya, tidak bisa dibilang salah juga, karena aku juga selama sebulan ini hanya membukanya untuk mengecek jadwal pelajaran.

Aku menekan fitur pentas pada aplikasi lalu terdapat menu baru, yaitu solo atau grup. Di bagian atasnya juga ada tanda seru yang terdapat di dalam lingkaran. Aku menekannya lagi, lalu muncul deskripsi tentang apa itu pentas. Kembali kuperlihatkan smartphone-ku kepada Felly.

Dari sorot matanya, bisa kulihat jelas dia terkejut. Namun, keterkejutan itu bercampur senang, tidak lama lagi pasti senyuman akan terukir di bibirnya. Deskripsi di sana berbunyi seperti ini.

[Pentas adalah hak khusus yang dimiliki siswa/siswi SMA Amemayu untuk menggelar pertunjukan di tengah umum (Selama di daerah pengawasan khusus SMA Amemayu) saat ada event. Digunakan untuk memperoleh popularitas. Untuk angkatan baru, pentas hanya bisa dilakukan 2x dalam 1 bulan.]

Benar saja, senyuman itu mekar, mungkin aku memberikan Felly sedikit pencerahan. Kurasa penjelasan ini sebenarnya kurang detail. Aku perlu bertanya lagi pada seseorang yang lebih tahu tentang fitur pentas ini. Namun, sepertinya murid-murid di Kelas F bukanlah pilihan tepat.

"Tapi, La. Kalau mau pentas, kita nampilin apa?" pertanyaan Felly datang secara tiba-tiba.

"Aku juga enggak ngerti sih, makanya aku tanya ke kamu."

"Ahaha, aku enggak tau juga sih. Malah kamu yang ngasih tau aku."

Kamu memang benar, aku tidak mendapatkan apa pun setelah bertanya padamu. Untung aku tidak mengatakan itu padanya. Tapi, melihat dari situasi ini, aku dan Felly telah menemukan jalan.

Sayangnya, jalan itu masih terlalu sempit untuk dilewati. Aku harus mencari informasi yang lebih lengkap lagi supaya popularitas ini tidak berada pada angka nol bulan depan.

Felly ingin lanjut mengobrol, tapi dia urungkan ketika guru yang mengajar hari ini sudah masuk. Segera setelah gadis tadi membalikan kursinya, aku menatap sosok baru bagi Kelas F.

Seorang siswa yang baru saja masuk di sekolah ini dengan alasan sakit dan dalam masa perawatan pada bulan lalu. Enaknya jadi anak laki-laki itu. Dia baru masuk dan sudah mengetahui tentang pengurangan popularitas. Pasti dirinya akan mempertahankan poinnya pada angka 10.000 untuk naik ke kelas atas.

Popularitas adalah Segalanya (Melodi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang