29 Juli 2025
Tepat ketika anak Kelas D yang tadi melewatiku dengan cepat di lorong. Aku hanya diam, sambil memungut kertas yang tadi dijatuhkan olehnya. Mataku terus melirik dengan seksama, itu adalah sebuah kertas biodata. Bagian atasnya bertuliskan "Evaluasi Murid SMA Amemayu (Juli 2025)" berisi data seseorang yang aku kenal.
Ternyata tidak hanya selembar, bagian belakangnya juga ada sebuah amplop yang lumayan besar. Aku membukanya karena penasaran dengan apa yang ada di dalamnya. Beberapa lembar foto yang sepertinya di ambil saat tes ujian masuk, mungkin. Aku tidak terlalu tahu karena tidak mengikutinya.
Aku bisa bilang foto itu dari ujian masuk karena di sini terlihat sosok yang sama dengan lembar evaluasi tadi dan beberapa orang sedang mengerjakan lembaran kertas di dalam ruangan yang belum pernah aku lihat.
Hal yang membuatku tertarik adalah sosok Ryan, orang yang ada di foto ini, terlihat melakukan kecurangan. Dia menyontek dengan berbagai metode, dan nasib baik baginya pengawas tidak menyadari.
Tetapi, foto ini berkata lain. Ada yang tahu dan dia sama sekali tidak menerima sanksi apapun atas tindakannya, aku mulai mempertanyakan bagaimana sekolah ini bisa menerima siswanya. Siswa Kelas D, Ryan Pratama, yang seharusnya ada di Kelas E atau Kelas F.
Aku tidak begitu tertarik, namun jika kertas ini hanya dibiarkan berserakan dan ada orang lain yang memungutnya maka akan jadi masalah yang berbeda. Tetapi, memang apa peduliku? Lebih baik memikirkan cara agar temanku bertambah daripada berurusan dengan sesuatu yang tidak aku inginkan.
Aku memilih untuk menaruh kertas tadi kembali ke lantai. Lebih baik segera kembali dan berpura-pura seakan tidak pernah melihatnya. Namun, ketika aku ingin melangkah pergi, tiba-tiba ada yang menangkap lenganku.
Sontak aku terhenti dan langsung menoleh ke belakang. Tubuh tinggi dan tegap langsung kudapati. Dia memegang pergelangan tanganku dengan cukup kuat, seperti tidak memberikan kesempatan untuk diriku lari.
"Hei, apa-aapan kamu?" tanyaku menatap ke arah matanya.
Tatapannya yang ramah membuatku sedikit terkejut. Dia juga tersenyum seakan ini adalah sapaan saat kita bertemu dengan seseorang yang baru dikenal. Aku kira tadi dia sudah lewat dan meninggalkanku. Tetapi, jika dia datang dari belakang, yang tadi berarti bukanlah dirinya.
"Melihat kamu enggak tertarik gitu saat mengetahui adanya kecurangan, aku jadi menurunkan sedikit ekspektasiku." Dia melepaskan genggamannya, setelah itu menatapku dengan kelembutan.
"Emangnya apa yang kamu harapin?" aku bertanya, penasaran dengan sifat yang tidak biasa itu. Maksudku, hanya orang bodoh yang berharap kalau perbuatan buruknya akan diketahui orang lain.
Satu-satunya mungkin hanyalah dia seorang, Ryan Pratama, yang sepertinya sengaja untuk memberitahuku segala kecurangannya. Yang membingungkan adalah ada anak Kelas D lain yang menjatuhkannya, apakah ini bisa berarti kalau dia mengejar siswa itu?
"Yah, aku pikir karena kamu anaknya spesial, kamu bakalan ngelakuin sesuatu yang hebat gitu," balas Ryan dengan tatapan yang masih sama. Wajahnya yang terus ramah itu membuatku merinding.
Diriku ini, spesial? Ah, sepertinya dia salah orang. Aku hanyalah siswi biasa yang akan ditemui di mana-mana. Aku sama sekali tidak spesial, kata-kata itu terlalu hebat untuk aku sandang.
"Aku enggak tertarik sama apapun yang kamu lakuin, atau apapun yang kamu rencanain. Kamu enggak perlu ngancem aku, lagian aku enggak bakalan ngasih tau ini ke siapa-siapa kok. Aku bakalan ngelupain kejadian ini, jadi jangan ganggu aku," ucapku yang ingin segera keluar dari situasi ini.
"Wah, aku harusnya sadar ya, kamu enggak bakalan tertarik sama hal sepele kayak gini. Tapi, karena kamu udah tau rahasia aku, boleh dong aku tau rahasia kamu."
Apa yang dia bicarakan? Apakah Ryan mengetahui tentang darimana aku berasal? Tidak, jangan terlalu panik. Aku harus berpikir lebih jernih, sebab mustahil ada orang yang mengetahui asal-usulku.
"Aku enggak punya rahasia apa-apa, jadi kalau kamu cuman mau ngomong sesuatu aku ...."
Kata-kataku terhenti, tepat ketika Ryan juga bersuara.
"Orang yang mengusulkan dan mengawasi proyek Amemayu Children's. Kamu pasti kenal, 'kan?"
Mataku mungkin sudah melebar, aku sama sekali tidak bisa menyembunyikan keterkejutan setelah mendengar pertanyaannya barusan. Meskipun ekspresiku berubah hanya sebentar, Ryan pasti sudah melihatnya.
"Jadi, apa mau kamu?" aku lebih waspada. Orang ini sungguh berbahaya karena bisa mengancam keberadaanku di sekolah.
Aku tertipu, selama ini aku hanya bertemu dengan dia yang suka berbohong. Jika sifat aslinya memang begini aku seharusnya menghindar dan tidak usah berurusan dengannya. Sosok Ryan yang aku duga sebelumnya adalah orang ramah yang banyak bicara, hanya sisi luar yang menutupi dalamnya.
"Gimana, kalau nanti kita kerjasama, aku rasa bakalan seru. Oh sebelum itu aku bakalan minta kontak kamu," balasnya sembari mengeluarkan ponsel dari saku.
![](https://img.wattpad.com/cover/219120245-288-k496693.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Popularitas adalah Segalanya (Melodi)
Novela JuvenilCerita tentang seorang gadis bernama Aila Permata Putri yang masuk ke dalam sekolah seni bernama SMA Amemayu. Aila yang ingin merasakan kehidupan SMA yang menyenangkan dengan teman-teman baru malah dihantam oleh kenyataan bahwa sekolahnya sama sekal...