(Vol. 1) 3rd Event: Cinderella (Bagian 2)

29 16 0
                                    

Bunyi musik dari berbagai instrumen terdengar, mulai menyatu dan seirama. Kami terus memainkan nada demi nada, meskipun aku masih bisa mendengarkan beberapa tempo yang kacau, hal ini lebih baik daripada kemarin.

Setelah hujan reda kelompokku segera bersiap agar bisa berlatih lagi. Semuanya berjalan lancar, bahkan sangat mulus bisa dibilang.

Anjas dari Kelas D bersikap seperti biasa, sama sekali tidak mempermasalahkan kejadian pertengkaran kemarin. Perasaan janggal dihatiku muncul sedikit, tapi biarlah. Sherly bahkan bertingkah biasa saja.

Permainan bass Anjas yang awalnya kacau perlahan-lahan mulai membaik, mungkin dia tidak ingin dikeluarkan dari sekolah seperti yang dia katakan sebelumnya atau ada sesuatu yang lain.

Permainan setiap individu meningkat, hal ini dikarenakan Sherly membawa aransemen yang dibuatnya. Idenya sungguh tepat. Karena dengan menghapal 1 aransemen seseorang akan cepat belajar dibandingkan harus mengingat seluruh kunci nada.

Dalam 1 jam kami sudah mulai terbiasa dan bisa memainkan bait pertama dan kedua.

Memainkan musik dengan orang lain sangat menyenangkan, mereka terlihat semangat dan penuh antusias. Aku ikut terbawa suasana dan memainkan bagianku dengan semangat. Awal yang baik bagi kami di mulai sekarang.

"Waktunya udah habis, nih. kita cuma mesan 1 jam aja, 'kan?" Tiara yang melihat dinding kaca kecil dekat pintu bersuara.

"Iya, soalnya banyak kelompok yang pengen latihan. Jadi kita bisanya nyewa 1 jam aja. Padahal aku udah lumayan mahir." Daniel memasukan kembali gitarnya ke dalam tas. Dari nada bicaranya terdengar ketidakpuasan

"Kalau gitu kami duluan," ujar Anjas sambil bersiap keluar bersama Sherly.

Gadis itu melambaikan tangannya ke arahku sambil tersenyum, sehingga aku pun membalasnya. Keduanya langsung keluar begitu saja tanpa menunggu kami. Apa mungkin mereka berdua sudah berbaikan dan mulai satu pikiran?

"Aila, kamu mau langsung pulang?" Tiara mendekat ke arahku setelah meletakkan kembali stik drum studio.

"Eh, enggak sih. Kenapa emangnya?"

"Di dekat sini ada orang jualan bakso. Kami mau makan nih, ikut enggak?"

Sepertinya bukan tawaran yang buruk, karena tidak ada kegiatan lain setelah ini jadi aku akan ikut dengan mereka. Terlebih lagi ada yang ingin kubicarakan hanya dengan mereka. Aku menggauk sambil tersenyum, Tiara tampaknya senang.

Setelah keluar dari studio, kami berjalan ke arah asrama. Tapi tentu saja itu bukan tujuan kami, melainkan sebuah warung kecil yang ada diujung perumahan. Sepertinya yang melakukan usaha adalah salah satu staf yang tinggal di sini.

Melihat tempat ini seperti isolasi bagi sebagian murid dan guru membuka pemikiran untuk menyediakan warung makan yang berada di daerah perumahan. Jika biasanya murid akan makan di kantin dan ketika malam akan makan di cafe yang dekat asrama, mungkin para guru dan staf makan di sini.

Meskipun hanya menjadi satu-satunya warung, rupanya pilihan menu lumayan banyak. Bahkan ada beberapa orang di sana, membuatku sedikit ragu untuk masuk, berbeda dengan mereka berdua.

Aku memberanikan diri mengikuti langkah kaki Tiara dan Daniel, kami memilih tempat duduk paling ujung dekat dengan air minum.

"Aku pesan dulu," kata Tiara meninggalkanku dengan Daniel.

Suasana canggung terasa, sebenarnya ini karena diriku sendiri yang merasa tidak enak soal kejadian tadi pagi. Hal yang semakin membuat canggung adalah Daniel yang biasanya berbicara duluan kini hanya diam.

Popularitas adalah Segalanya (Melodi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang