Aku melangkah keluar dari ruang guru. Berjalan sambil memikirkan kemungkinan terburuk dari situasi yang aku alami. Hanya ada satu orang yang tahu ID-ku, tapi apa benar dia melakukannya? Entah kenapa sulit sekali menerima kemungkinan tersebut.
Kakiku terhenti, tepat ketika melihat Felly yang berada di ujung lorong. Aku segera berlari ke arahnya. Dia sama sekali tidak melihatku dan terus berjalan entah ke mana. Sebenarnya aku ingin segera menyapanya, namun entah kenapa diriku malah bersembunyi.
Setelah beberapa lama aku mengikutinya, Felly masuk ke dalam ruangan di gedung lukis. Pintu itu sedikit terbuka, jadi aku masih bisa mendengar dengan jelas suara orang yang ada di dalam.
"Kamu lama juga ya," kata seseorang selain Felly di dalam.
"Aku harus ngehindarin anak-anak kelas kamu juga lo, maaf kalau aku telat," balas Felly.
Siapa lawan bicaranya dan apa yang mereka bicarakan? Aku sama sekali tidak bisa melihat dan hanya bisa mendengar.
"Lima puluh popularitas buat setiap anak Kelas F yang nerima ajakan teman sekelasku. Gimana, udah sesuai?"
"Gimana ya, aku enggak bisa nerima sesuatu yang enggak sesuai sama kesepakatan awal kita," kata Felly.
Pembicaraan mereka sedikit menjelaskan kenapa banyak anak-anak kelas lain yang mengajak Kelas F untuk bergabung dengan kelompok mereka.
Apa mungkin Felly meminta bantuan pada kelas lain dan memberikan popularitas pada mereka agar teman-temannya memiliki kelompok yang bagus? Malaikat Kelas F sekarang sudah menjadi pahlawan.
"Aku kira kamu bakalan setuju, tapi kayanya enggak ya. Oke, baiklah. Aku bakalan bayar 100 Popularitas buat satu orang yang mau ikut. Tapi kamu beneran bahaya banget deh, haha. Ngejual kelas buat nyelametin diri sendiri."
Aku tidak salah dengar bukan? Felly menjual kelasnya sendiri? Itu sepertinya tidak mungkin.
Dia adalah siswi yang membela teman-temannya ketika Pak Irfan meremehkan kami, mustahil bagi seseorang yang sangat tidak ingin ada yang di dropout mau menjual kelasnya hanya untuk kepentingan diri sendiri. Aku sama sekali tidak percaya ini.
Pembicaraan itu menjadi senyap, tidak ada satupun dari mereka yang bersuara. Ayolah Felly, katakan sesuatu dan katakan padanya kalau apa yang tadi diucapkan oleh orang itu salah. Aku masih menunggu dengan penasaran kenapa mereka hanya diam?
Namun, berikutnya suara yang sangat dingin dan tidak berperasaan menghancurkan gambaran malaikat yang selama ini aku tahu.
"Siapa yang peduli sama teman-teman kelas!? Satu bulan ini aku udah nahan diri aku. Aku udah baik sama semua orang, terus aku enggak dapet apa-apa!? Lagian kenapa juga pihak sekolah naroh aku di kelas yang orang-orangnya enggak guna semua!?"
Perasaan Felly yang sebenarnya terus meluap keluar. Suaranya terdengar cukup keras dan menakutkan. Dia bukan lagi seperti malaikat, malah lebih tepatnya mirip seperti seorang penyihir. Aku mungkin seharusnya tidak melihat ini.
Dengan begini aku bisa mengkonfirmasi jika memang benar Felly membuatku bergabung dengan kelompok yang tidak aku ketahui tadi. Karena semalam dia meminta ID-ku sebelum menutup telepon.
"Wow, serius deh kamu bilang gitu, haha. Ternyata kamu ngeri juga. Kalau gitu aku bakalan rekam perjanjian kita. Hari ini, Selasa 6 Agustus. Aku, Ryan Pratama menyetujui, kalau akan memberikan 100 popularitas untuk setiap anak dari Kelas F kepada Felly Andara. Jika aku mengingkari perjanjian ini, maka dengan kehendak diri sendiri aku akan keluar dari sekolah."
Perjanjian mereka direkam. Mungkin memang cara yang efektif untuk bisa saling mempercayai. Saat ini manusia terus bersikap waspada, jika membuat perjanjian mustahil untuk tidak melakukannya di atas kertas atau media lainnya.
Perjanjian lisan bisa dibilang hanya bualan belaka, karena tidak bisa dijadikan sebagai bukti atau apapun jika pihak lain mengingkari perjanjian tersebut.
Akan tetapi, untuk apa sebenarnya perjanjian itu? Jika Felly menjual Kelas F dengan harga 100 popularitas untuk setiap anak yang bergabung dengan kelas lain bukankah malah menguntungkannya saja. Sepertinya maksud dari perjanjian ini bukan hanya itu.
"Aku, Felly Andara akan menerima 100 popularitas untuk setiap anak Kelas F yang menerima ajakan anak Kelas D. Aku juga tidak akan menebak kelompok yang ada anak Kelas F saat pentas. Jika aku melanggar perjanjian ini, dengan kesadaran diri sendiri aku akan keluar dari sekolah."
Menebak anak Kelas F? Ternyata memang benar ada maksud lain dari perjanjian tersebut. apakah mungkin mereka membiarkan anak-anak lain untuk menebak anak Kelas F ketika melakukan pentas. Ah, aku tidak terlalu mengerti dengan event dan perjanjian mereka berdua.
Sebaiknya aku segera pergi, mereka sudah selesai dan sebentar lagi pasti akan keluar. Akan sangat berbahaya jika aku tertangkap basah oleh Felly atau anak Kelas D, Ryan Pratama, yang ada di dalam sana. Kakiku bergerak sedikit, tapi tanpa sengaja menendang tempat sampah dan menyebabkan suara yang cukup keras.
"Siapa itu!?" seru Felly dengan suara waspada.
Gawat, aku harus segera pergi, kakiku dengan cepat berlari. Beruntungnya aku berhasil keluar sebelum Felly ataupun yang satunya keluar dari ruangan. Dengan begini aku masih selamat sepertinya.
Keterkejutanku masih belum hilang. Aku sama sekali tidak menduga Felly akan mengatakan hal yang kejam. Apakah itu benar-benar Felly? Sosok malaikat penolong Kelas F yang ternyata hanyalah sebuah topeng untuk menyembunyikan sifat aslinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Popularitas adalah Segalanya (Melodi)
Novela JuvenilCerita tentang seorang gadis bernama Aila Permata Putri yang masuk ke dalam sekolah seni bernama SMA Amemayu. Aila yang ingin merasakan kehidupan SMA yang menyenangkan dengan teman-teman baru malah dihantam oleh kenyataan bahwa sekolahnya sama sekal...