5th Event: Kancil
"Pengalaman tanpa teori itu buta, tapi teori tanpa pengalaman hanyalah sebuah permainan kecerdasan."
Immanuel Kant
05 Agustus 2025
Hawa panas semakin terasa, entah ini disebabkan musim kemarau yang luar biasa atau karena aku sedang berada di dalam ruangan tanpa AC, gudang sekolah. Tidak akan ada orang yang dengan suka rela memasuki tempat barang-barang tak terpakai seperti ini, kecuali diriku mungkin.
Tidak, tentu saja aku tidak memasukinya dengan sukarela. Lebih tepatnya aku dipaksa masuk kemari atas rasa penasaran yang semakin membesar. Andai saja aku tidak ingin tahu lebih banyak, mana mungkin kaki ini sudi masuk ke tempat yang membuat keringat bercucuran.
Banyak sekali alat musik yang tidak bisa lagi digunakan. Tersusun dari rak atas hingga bawah. Meskipun begitu, yang namanya gudang pasti jarang terawat. Seluruh ruangan hampir dipenuhi debu, walau sangat tipis.
Dia yang bersamaku kemari juga merasa gerah, sulit beradaptasi jika tempat sebelumnya sangat sejuk. Namun, tidak ada pilihan lain karena hanya tempat inilah yang paling ideal untuk berbagi rahasia.
"Selain hal-hal umum tadi, aku enggak bisa ngasih tau kamu sisanya, kamu harus cari tau sendiri biar seru," ujar laki-laki itu sembari melepas blazer camel miliknya.
Sepertinya rasa panas membuat dia sama sekali tidak betah. Aku tidak akan mengikutinya, walau di sini semakin terasa panas. Kami dilarang melepas blazer saat berada di gedung sekolah, aku menaati aturan itu. Ryan sedikit berbeda, karena tidak ada kamera pengawas atau staf dia melepaskannya.
"Aku lagi enggak tertarik nyari tau sendiri kalau aku bisa dapat informasi lengkap dari orang yang udah tau semuanya."
Memang rasa ingin tahuku amat besar, tapi jika disuruh mencari tahu sendiri, maaf saja. Aku tidak punya waktu luang untuk memikirkannya, lebih baik berusaha mencari teman di waktu-waktu kosong tersebut.
"Ya, maaf aja deh kalau gitu. Aku tetap enggak bakalan ngasih tau kamu apa-apa kecuali dasarnya aja," balas Ryan masih kukuh dengan pendiriannya.
"Kalau gitu, apa kamu bisa cerita tentang apa yang kamu tau soal Amemayu Children's?" aku sedikit ragu, tetapi tidak ingin kembali dengan hasil hampa.
Jam pelajaran masih tersisa sekitar satu jam lagi, mungkin sekalian saja aku lewatkan. Mumpung selagi bersamanya, aku ingin mengetahui lebih banyak pengetahuan untuk memberi makan rasa penasaranku.
Dalam sekejap ruangan menjadi senyap, begitu sunyi dan sepi. Bahkan di antara kami tidak ada yang bergerak, seperti waktu telah membeku. Namun, diamnya aku dan dia berbeda. Sebab kami saling berusaha mendapat keuntungan dari masing-masing.
Aku ingin mengorek informasi darinya. Sayang, Ryan berusaha sebaik mungkin tidak membocorkan rahasia yang dia simpan. Pertahanannya cukup mutlak, tetapi tak akan bertahan lama, karena dia sudah terperangkap.
Konsentrasi seseorang akan berkurang ketika semakin panas, artinya kemampuan berpikirnya akan melemah. Di lingkungan yang kurang nyaman, seseorang bahkan tidak dapat berpikir logis. Semakin banyak pertanyaan yang diterima kepala Ryan, maka semakin terbebani otaknya.
Itulah kenapa tadi aku menyarankannya untuk berbagi rahasia di tempat ini, sebuah jebakan yang tidak akan disadari oleh orang awam. Beruntung aku mengingatnya dari buku yang pernah dibaca saat beberapa hari yang lalu.
"Apa yang pengen kamu tau?" Ryan akhirnya bersuara, sepertinya dia telah menyerah dengan hawa panas. Dirinya terus mmenarik kerah bajunya yang sudah penuh keringat.
"Berapa jumlahnya di sekolah ini?"
Tidak mau berbasa-basi, karena aku juga sudah mulai merasakan efek panas dan kesulitan berkonsentrasi. Aku akan berusaha menyelesaikannya sesegera mungkin, itu adalah pilihan yang bijak untuk sekarang.
"Kamu... manipulatif juga ya," ujar Ryan sambil memasang kembali blazer miliknya.
"Apa maksud kamu?" tanyaku yang sama sekali tidak mengerti dengan ucapan tadi.
Wajah Ryan yang sebelumnya tampak kegerahan kini sudah berganti. Senyuman licik terukir jelas, dengan mata yang memandang tajam ke arahku. Kelihatannya dia sudah mengetahui maksudku, ada kemungkinan dia bukanlah orang yang seperti aku duga sebelumnya.
"Aku udah jatuh keperangkap kamu, jadi aku bakalan kasih petunjuk. Aku enggak tau pastinya ada berapa, yang aku tau ada beberapa di Kelas F."
Aku baru tahu kalau ada anak-anak yang disebut sebagai Amemayu Children's di kelasku sendiri. Sebenarnya aku ingin mengabaikannya, tapi jika benar mereka adalah Amemayu Children's, di masa yang akan datang mau tidak mau aku pasti akan berurusan dengan mereka.
Lebih baik menghancurkan mereka selagi bisa daripada nanti akan lebih merepotkan. Aku tidak mengetahui tentang Amemayu Children's jika buru-buru mengambil kesimpulan. Selain itu, aku hanya mendengarnya kalau tidak salah dua kali. Lebih baik lupakan dulu sejenak.
"Kalau gitu aku pengen bantuan kamu," pintaku lagi, masih belum puas dengan apa yang sekarang didapat.
Ekspresi Ryan berubah lagi, sepertinya ia tertarik dengan permintaan yang akan aku ajukan. Sebenarnya rencana ini tidak pernah akan kujalankan, tapi mengingat adanya Amemayu Children's dan juga ada orang yang mengetahuinya selain aku pasti bisa dimanfaatkan sebaik mungkin.
"Aku pengen punya beberapa teman." Aku mengungkap keinginan sederhana dari seorang penyendiri.
Suara tawanya terdengar, bukan karena senang atau apa. Ryan sedang menertawakan permintaan yang menurutnya mungkin adalah sesuatu yang sebenarnya tidak akan pernah dia duga. Mau bagaimana lagi, aku benar-benar ingin mempunyai teman.
Tidak peduli dia menertawakan atau mengejek nanti, yang jelas permintaan ini tidak akan pernah berubah.
"Aku ngerti. Aku nyimpen rahasia kamu, dan kamu nyimpan rahasia aku. Kalau gitu kita sekarang Partner in Crime."
Rekan dalam kejahatan ya, aku rasa tidak perlu memberi kiasan. Karena kita hanya saling menyimpan rahasia dan itu tidak berhubungan dengan hal-hal jahat sama sekali, dia terlalu berlebihan. Aku harap Ryan dapat memperkenalkan beberapa orang yang bisa diajak berteman atas permintaan tadi.
![](https://img.wattpad.com/cover/219120245-288-k496693.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Popularitas adalah Segalanya (Melodi)
Fiksi RemajaCerita tentang seorang gadis bernama Aila Permata Putri yang masuk ke dalam sekolah seni bernama SMA Amemayu. Aila yang ingin merasakan kehidupan SMA yang menyenangkan dengan teman-teman baru malah dihantam oleh kenyataan bahwa sekolahnya sama sekal...