Tepat setelah jam pelajaran ketiga, semua murid kelas satu disuruh berkumpul di gedung musik untuk penjelasan akhir dan permulaan diadakannya free event.
Aku baru saja tiba dan duduk di bangku barisan paling belakang. Bersama dengan anak-anak Kelas F lainnya. Selalu seperti ini, Kelas A jadi yang terdepan sampai kami yang terkebelakang. Bahkan posisi duduk mengatakannya.
Beberapa murid mulai mengobrol satu sama lain. Baik yang disamping ataupun yang di depan dan di belakang. Mereka berbicara dengan teman masing-masing.
"Sekolah ini busuk," ujar Riri yang duduk di sebelah kananku.
"Apa maksud kamu?"
"Kamu buta?" Riri memberikan tatapan heran, "dasar, kalian Kelas F mana mungkin tau."
Aku tidak percaya kalau kamu tahu lebih banyak, bukannya berbagi dan malah terus menghina Kelas F. Aku memberikan wajah skeptis terhadap kata-katanya dengan maksud seperti itu.
Sayangnya, Riri tidak bersuara lagi setelah itu. Dia bahkan membuang muka setelah melihat ekspresiku tadi. Walau begitu, aku masih bisa setengah setuju dengan pendapat Riri yang mengatakan kalau SMA Amemayu ini busuk.
"Sebentar lagi, acara pembukaan free event akan dimulai. Diharapkan kepada seluruh hadirin agar bisa tenang dan memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh Bapak Asep Diantoro. Serta pembukaan secara resmi oleh Ketua OSIS, Damar Indra Brahmasta."
Seketika seisi ruangan menjadi hening setelah mendengar pengumuman tadi. Tensi udara di ruangan ini kian meningkat, apalagi setelah MC mengatakan kalau setelah ini Pak Asep akan membacakan perihal ketentuan free event beserta aturan-aturan lainnya.
Beliau mulai menaiki podium dan berdiri menghadap kami dengan ekspresi tegas. Walau tempat ini dibuat melingkar dan semua murid tersebar mengelilinginya, mata Pak Asep seperti terus memperhatikan kami. Di atas pria itu terdapat empat monitor besar yang menampilkan wajahnya.
Pak Asep membukanya dengan sapaan singkat dan kata-kata manis yang ditujukan kepada kami–murid. Kemudian beliau juga membacakan kembali ketentuan free event seperti yang kami lihat minggu lalu di kelas.
Tidak lupa, penjelasan mengenai beberapa kartu dasar juga beliau jelaskan. Pak Asep juga memberi penjelasan lebih lengkap tentang fungsi kartu merah dan pengaruhnya yang sangat vital dalam pelaksanaan free event.
Lalu wali Kelas A itu tiba-tiba diam sambil menarik napas dalam-dalam. Tangannya bergerak, mengambil sesuatu dari balik podium dan memperlihatkan A-Card yang sedang menampilkan kartu merah.
Tampilan monitor tadi juga seketika berubah menjadi animasi karakter yang sedang memegang A-Card di sebuah panggung. Di sana juga ada sebuah benda mirip mesin penarik uang tunai yang sering dijumpai di jalan.
"Saya rasa kalian sudah memegang A-Card masing-masing. Bisa dilihat pada layar di atas kepala saya ini, kalau itu adalah tata cara penggunaan A-Card saat kalian berada di atas panggung nanti."
Sesaui apa yang dikatakan Pak Asep, kami bisa melihat animasi tadi menampilkan bagaimana caranya menggunakan A-Card.
Seseorang harus mendekati mesin yang mirip ATM tadi dan melakukan scan pada A-Card, lalu men-swipe kartu di dalamnya. Kemudian mesin itu akan menampilkan kartu yang sedang dipakai.
"Saya akan menganggap kalau kalian semua sudah memahami bagaimana cara memakainya. Lalu saya akan lanjutkan penjelasan berikutnya mengenai kartu merah dan juga bagaimana penguasaan panggung dan keuntungannya."
Lagi-lagi layar monitor berganti. Kali ini yang diperlihatkan di sana adalah peta Kota Yogyakarata dan juga bendera-bendera yang dibagi berdasarkan tiga belas wilayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Popularitas adalah Segalanya (Melodi)
Ficção AdolescenteCerita tentang seorang gadis bernama Aila Permata Putri yang masuk ke dalam sekolah seni bernama SMA Amemayu. Aila yang ingin merasakan kehidupan SMA yang menyenangkan dengan teman-teman baru malah dihantam oleh kenyataan bahwa sekolahnya sama sekal...