Hari ini sangat menyenangkan, rasanya waktu berlalu dengan cepat. Langit sudah gelap, setelah berlatih selama satu jam tadi kami menyaksikan penampilan setiap kelompok yang memilih daerah ini.
Akhirnya kami memutuskan untuk pulang, aku bersama Tiara dan Sherly, sedangkan Daniel dengan Anjas.
Tiara terlelap di kursi depan, mungkin ia sudah kelelahan karena terlalu bersenang-senang tadi. Sementara Sherly hanya diam sambil menundukan kepalanya. Padahal ini adalah kesempatan bagus untuk mendapatkan beberapa informasi. Sayangnya, aku tidak tahu harus memulainya bagaimana.
"Aku enggak nyangka, lo. Kalian bakal datang."
"Iya, soalnya kami lagi enggak sibuk sama kegiatan kelas," balasnya sambil menoleh ke arahku.
Senyumnya terlihat alami, apakah aku benar-benar bisa menanyakan sesuatu padanya. Namun, ada juga kemungkinan kalau yang dikatakannya kemarin benar.
Ryan bukanlah orang bodoh yang membeberkan segala rencana pada bawahannya. Dia adalah tipe orang yang membidik posisi tertinggi dengan mengorbankan apa pun.
"Kegiatan kelas kalian biasanya ngapain?"
"Sebelumnya kami diajarin bikin aransemen sama orang yang ahli di kelas. Jadi Ryan nyuruh kami buat belajar supaya bisa buat lagu masing-masing."
Ternyata Ryan juga bisa bersikap baik seperti itu, dia memikirkan kelasnya dengan sangat baik. Atau apa aku saja yang selama ini terlalu berpikiran jahat padanya?
Mungkin aku bisa mengetahui beberapa sifat lembutnya jika terus mengobrol dengan Sherly. Selain untuk bisa lebih akrab dengan gadis ini tentunya.
"Berarti dia mikirin kalian juga, ya? Terus gimana, apa kalian udah bisa bikin aransemen masing-masing?"
"Banyak yang udah lumayan bisa. Kalau aku, kayak yang Aila liat ... jelek banget 'kan?"
Ayolah, dirimu terlalu merendah, nanti bisa-bisa kamu akan dianggap sombong jika terus seperti itu. Memang benar aku yang melihat aransemen buatannya saat beberapa hari lalu tidak bisa dibilang bagus, ada beberapa not yang miss dan bahkan akan sulit dimainkan untuk pemula.
Aku tidak berbohong kalau buatannya memang bagus, sehingga aku memberinya sedikit bantuan agar mudah dimainkan.
"Bikinan kamu udah bagus, kok. Tapi kalau buat mereka yang baru main alat musik, pasti bakalan sulit."
"Aku beruntung soalnya ada Aila semalam yang bantu aku buat aransemennya jadi bagus. Makasih, ya," ucapnya dengan mata yang berbinar-binar.
Aku tidak biasa menerima ucapan terima kasih atau semacamnya, sehingga kadang-kadang ini membuatku malu dan senang.
Padahal aku hanya membantunya sedikit untuk merapikan beberapa not agar mudah dimainkan. Jadi bisa disebut kalau aransemen itu masih ciptaan Sherly. Tidak ada andil besar yang aku berikan.
"Aila, kamu sebenarnya keren, lo." Sherly tersenyum sambil menundukan kepalanya lagi.
Eh, kenapa dia tiba-tiba mengatakan itu? Apakah aku melakukan sesuatu yang sanagt hebat?
Padahal menurutku siapa pun bisa melakukannya jika tahu cara bagaimana membuatnya, bahkan ilmu sudah bisa didapatkan dengan mudah di internet.
Aku bahkan tidak jarang mencari artikel tentang topik pembicaraan di sana, meskipun tidak ada yang pernah aku praktikan.
Melihat kebingunganku, Sherly langsung berkata, "Soalnya, Aila bisa ngebikin aransemenku jadi bagus. Aila, sebenarnya kamu ini beneran keren, lo. Aku jadi penasaran, kamu ini sebenarnya siapa?"
"Eh, maksudnya?"
Sontak pertanyaan itu keluar dari mulutku. Entah kenapa aku merasa tidak mengerti sama sekali apa yang coba ia sampaikan. Memangnya bagian mana dariku ini yang keren, lagi pula aku lebih suka tidak diperhatikan. Sherly tampak masih berpikir untuk menjawab pertanyaan balik yang aku lontarkan.
Akan tetapi, sudah lebih satu menit berlalu, tidak ada suara lagi setelah itu. Semuanya hening karena baik aku maupun Sherly sama-sama diam membisu. Mungkin ia tak tahu lagi apa yang harus dibicarakan.
Aku juga bukan orang yang mudah mencari topik yang biasanya dibicarakan gadis-gadis. Kesunyian ini lama-lama membuat canggung.
Andai saja Tiara masih bangun, dia pasti bisa mencairkan suasana. Padahal aku berencana untuk mengorek informasi mengenai Ryan dari gadis ini, tetapi percuma. Karena pembicaraan kami tidak mengalir dengan baik.
Saat-saat seperti sekaranglah yang membuatku ingin memiliki separuh kemampuan orang populer.
"Aila," panggil Sherly yang membuyarkan pikiranku.
Kepalaku segera menoleh ke arahnya sebab penasaran apa yang ingin dikatakan gadis itu. Kesempatan yang bagus untuk memulai dari awal perbincangan tadi, semoga kali ini berjalan lancar.
Wajahnya terlihat ragu-ragu, sangat berbeda dengan tadi yang serius menanyakan siapa aku sebenarnya.
"Kenapa?" tanyaku untuk menghilangkan keraguannya.
Tidak terlalu efektif, malahan ia tampak semakin bimbang. Gerakannya terlihat gelisah apa aku memasang wajah yang menakutkan sehingga Sherly agak takut?
"Sebenarnya aku pengen Aila ajarin aku bikin aransemen."
"Bukannya kamu udah bisa, ya? Aku aja kagum, lo. Kamu bisa bikin aransemen yang bagus," balasku sama sekali tidak tertarik, jadi suaraku agak terdengar datar. Ah, suaraku memang begitu saat bagaimanapun juga.
"Kalau Aila enggak ngerapiin punyaku semalam, mana mungkin aransemen yang aku bikin bakalan bagus. Malah temen aku bilang kalau bikinanku itu sulit dimainin jadi itu sama sekali enggak bagus. Jadi aku mohon ajarin aku, ya?"
Wow, siapa orang jahat yang secara blak-blakan menghina karya seseorang? Dia pasti memiliki keberanian sebagai kritikus. Aku tidak bisa menyalahkannya, karena memang benar aransemen awal milik Sherly sama sekali tidak bisa dimainkan. Selain kenaikan nada yang acak, temponya juga cukup cepat.
"Maaf aku enggak bisa. Soalnya kamu bilang sendiri, 'kan? Di kelas kamu ada yang bisa bikin dan sering bantu kalian. Kenapa enggak minta dia aja buat serius ngajarin kamu. Kayaknya dia mau aja, deh." Aku memberikan sedikit saran.
Alasan sebenarnya adalah karena aku sama sekali tidak mau kerepotan. Jika aku terima tawaran Sherly, bisa saja ia akan menyebarkan berita itu kepada teman-temannya yang lain. Aku sudah berjanji pada Pak Santoso agar tidak banyak menarik perhatian, jadi pilihan yang tepat adalah menolak permintaannya.
Ekspresinya berubah menjadi kecewa tapi segera ia tersenyum tipis sambil meminta maaf karena sedikit memaksa tadi. Sherly menghargai keputusanku dan berjanji tidak akan mengungkit tentang aransemen lagi ketika sedang bersama denganku.
Untunglah gadis ini sangat pengertian, mungkin aku memang harus membantunya agar tidak di dropout dari sekolah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Popularitas adalah Segalanya (Melodi)
Teen FictionCerita tentang seorang gadis bernama Aila Permata Putri yang masuk ke dalam sekolah seni bernama SMA Amemayu. Aila yang ingin merasakan kehidupan SMA yang menyenangkan dengan teman-teman baru malah dihantam oleh kenyataan bahwa sekolahnya sama sekal...