"Kamu lama banget, sih," keluh Tiara ketika melihat aku yang baru saja sampai di depan gedung musik.
"Maaf, tadi aku ketemu temen dulu." Aku sedikit tertawa untuk mencairkan suasana.
Gedung musik terlihat sangat sepi, seperti hanya ada kami yang berada di tempat tersebut. Bahkan dari balik dinding kaca, tidak ada orang lain yang berkeliaran.
Dari pemberitahuan yang aku dengar dari Tiara, untuk mendaftarkan lagu harus bertemu dengan anggota OSIS di gedung musik. Namun, tidak ada pemberitahuan lebih lanjut di mana ruangannya.
Ketika berhenti dekat Tiara, dia hanya diam, tidak membahas keterlambatanku. Sepertinya kami memang di buru waktu, sehingga pembicaraan sia-sia tidak diperlukan. Kadang-kadang dia bisa jadi orang serius yang berbeda dengan biasanya.
"Kamu, enggak marah, 'kan?" tanyaku hendak memastikan.
Kami jalan bersama masuk ke dalam gedung musik. Suara sepatu yang beriringan memecah sunyinya tempat itu saking terlalu sepi. Koridor panjang harus kami lewati, melalui beberapa ruangan dengan nama interval nada.
Entah kenapa rasanya hari ini Tiara sedikit aneh, dia sama sekali tidak banyak bicara. Aku sedikit penasaran, karena gadis itu berubah setelah anak-anak Kelas D semakin dekat dengan kami.
Tidak mungkin kalau dirinya cemburu, karena Tiara adalah tipe orang yang mudah bergaul dengan siapa saja. Kalau di kelasku dia bisa menjadi salah satu pemimpin faksi gadis-gadis.
Tiba-tiba langkahnya berhenti, setelah beberapa detik tadi aku menanyakan sesuatu. Aku juga terdiam karenanya, sehiangga kami sama-sama mematung di lorong yang tidak ada apa-apa.
Keheningan ini sangat mencekam, ayolah Tiara katakan sesuatu kalau kamu tidak mau aku tinggal karena lari ketakutan.
"Emang kenapa aku harus marah?" tanya Tiara yang berbalik dengan heran.
"Ya, habisnya kamu jadi jarang ngomong gitu, jadi aku pikir kamu marah." Aku menggaruk kepala untuk menyembunyikan perasaan canggung. Tiara mana mungkin marah kalau aku dan Daniel lebih dekat dengan anak-anak kelas D.
"Oh itu, aku cuman enggak mau kenalan sama anak-anak Kelas D aja, sih," gerutu Tiara dengan bibir cemberut sambil menyilangkan tangan.
Aku tidak habis pikir, ternyata dia memang tidak menyukai Sherly dan Anjas. Meskipun sudah sangat jelas dari sikapnya, masih saja itu mengejutkan.
Tidak ada hak untukku menanyakan alasannya, jadi lebih baik diam saja dan bersikap seolah-olah obrolan ini tidak pernah terjadi sepertinya adalah hal yang baik untuk perkembangan kelompok.
"Kamu enggak bakalan bilang ke mereka soal ini 'kan?"
"Aku bakal tutup mulut, kok," balasku sembari menutupi mulut memakai kedua telapak tanganku.
Tiara memang suka blak-blakan, namun sepertinya untuk kali ini saja dia tidak ingin mereka mengetahui apa yang sebenarnya dia rasakan. Menjaga kekompakan kelompok adalah yang terpenting sekarang, karena itu Tiara sebisa mungkin tidak akan metampakan ketidaksukaannya pada anak-anak Kelas D.
Sampai akhirnya kami tiba di depan ruangan yang bernama Oktaf. Didekat pintu ada kertas pemberitahuan kalau ruangan inilah yang menjadi tempat pendaftaran lagu orisinil tiap kelompok. Karena kedap suara, kami sama sekali tidak bisa mendengarkan apapun dari balik pintu.
Tangan kecil Tiara mengetuk pintu itu beberapa kali. Namun belum ada juga respon dari dalam. Kami mulai bingung apakah benar ada orang didalamnya? Karena belum juga mendapat jawaban, Tiara kembali mengetuknya, tapi kali ini lebih kuat.
"Kayaknya enggak ada siapa-siapa di sini, deh," ujarku memperhatikan Tiara yang terus mengetuk tanpa henti.
"Aduh, gimana, sih. Bikin ribet aja," oceh Tiara dengan wajah kesal.
![](https://img.wattpad.com/cover/219120245-288-k496693.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Popularitas adalah Segalanya (Melodi)
TienerfictieCerita tentang seorang gadis bernama Aila Permata Putri yang masuk ke dalam sekolah seni bernama SMA Amemayu. Aila yang ingin merasakan kehidupan SMA yang menyenangkan dengan teman-teman baru malah dihantam oleh kenyataan bahwa sekolahnya sama sekal...