Obrolan kami terpaksa harus terhenti. Aku dan Iqbaal sepertinya sudah mengobrol banyak, bahkan rasanya mulutku sampai berbusa. Tapi tak apa, bukankah ini yang aku inginkan sejak dulu bisa mengobrol dengannya secara lama?
Kereta kami sudah sampai di Stasiun Yogyakarta si kota istimewa. Aku dan Iqbaal bangkit dari acara duduk kami dan mulai menurunkan barang yang berada di atas tempat duduk kami.
"Punya lo?" Ujarnya menurunkan ransel hologram milikku.
Aku mengangguk dan meraih ransel itu dari tangannya.
Aku menggendong ransel hologramku dan menarik koperku berjalan keluar mengekor Iqbaal yang sudah sejak tadi berjalan di depanku. Bau Roti O begitu terasa ketika aku keluar dari kereta. Kulihat Iqbaal yang berdiri sekitar dua meter di depanku tengah tersenyum padaku dengan totebag yang menggantung di lengannya dan ransel yang menempel di punggungnya.
Merasa disenyumi akupun membalas senyumannya, segera menghampirinya.
"Sayang banget udah harus pisah, gue kira perjalanan kali ini bakal bosen ga ada temen ngobrol. Taunya ada lo, makasih ya udah jadi temen perjalanan yang menyenangkan." Ujar Iqbaal tersenyum dan memegang bahuku.
"Lo ga mau foto atau apa gitu sama gue? Mumpung gitu ketemu sama idola lo? Bukannya ini yang lo pengen?" tanyanya dengan satu tangan diletakan di pinggangnya dan alis yang diangkat.
"Malu mukanya udah buluk." ujarku dengan muka masam.
"Mana sini HP lo? gue ga mau ya lo nyesel terus ntar nangis deh sampe rumah Bude lo gara-gara ga foto sama gue."
"Idieeh PD sekali bapaknya!" Ujarku sambil mengambil HP yang ada di ransel hologram milikku. Karena kupikir benar juga apa yang di bilang Iqbaal. Bisa aja kan ini akan jadi pertemuan pertama dan terakhir kita?
"Nih lo yang pegang. Nanti kalo gue yang pegang pasti shaking." Ujarku menyerahkan Hpku pada Iqbaal.
"Bentar gue rapiin rambut dulu biar kesannya gak buluk-buluk amat." Sambil menyisirnya dengan jedaiku.
Lain Lubi, lain Iqbaal. Melihat Lubi yang tengah membetulkan rambut, Iqbaal segera merogoh Hendphone dari sakunya. Entah apa yang ia lakukan yang pasti jarinya terus bergerak di kedua layar gawai yang ia pegang secara selang-seling .
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPY CODA [IDR]
Fanfiction[SELESAI] "Bukan ngelukis pake kuas Maisha Lubi. Kalo itu si gue yakin lo gak bisa. Senyuman lo yang dua hari ini udah ngelukis hidup gue. Kehadiran lo di Yogyakarta ini yang udah ngelukis memori yang gue rasa paling manis di hidup gue. Makasih yaa...