22. Ice Cream

380 29 5
                                    

Siang ini Jakarta lumayan panas, tapi tak menghilangkan semangat kami untuk melakukan misi itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siang ini Jakarta lumayan panas, tapi tak menghilangkan semangat kami untuk melakukan misi itu. Aku  memperhatikan Iqbaal yang kini beridiri di tengah jalan dengan koper di tangannya. Ia seoalah-olah menjadi patung. Beberapa yang mengenal Iqbaal bahkan minta foto di sebelahnya. Aku terkekeh pelan melihat ekspresi cowok itu. Matanya mengeryit ketika matahari yang menyilaukan menerpa mukanya.

Iqbaal melangkah mendekat ke arahku dan Bu Mamut yang duduk berteduh di bawah pohon rindang, diikuti oleh Pak Mamut dan Kak Omen. Ia duduk di sebelahku lalu menaruh koper yang dibawanya tepat di sebelahnya. Ia tersenyum tipis menatapku. Aku balas tersenyum menatapnya.

"Kenapa capek yah?" tanyaku masih menatapnya.

Dia menggeleng pelan. Iqbaal menunjuk pelipisnya. Aku mengeryitkan dahiku. Iqbaal melirik tisu yang ku pegang. Aku terkekeh. "Kode-kode kaya cewek aja si bapak. Untung saya paham." kataku lalu meraih tisu mengelap keringatnya yang membasahi pelipis.

"Aku juga mau dong dilapin." tukas Pak Mamut pada Bu Mamut sambil melirik ke arahku dan Iqbaal.

"Inget umur Pak." balas Kak Omen lalu ikut duduk bergabung.

Kita semua terkekeh.

"Bilang aja iri Men."  kekeh Pak Mamut mengambil tisu lalu mengelap mukanya sendiri.

"Gak jadi dilapin Pak? Biar kaya sebelah?" kekeh Bu Mamut pada Pak Mamut.

"Kasian Omen udah panas tambah panas."

Tawa kami pecah mendengar gurauan Pak Mamut.

"Pak? Boleh lihat hasilnya tadi gak?" tanya Iqbaal pada pak Mamut yang masih mengelap keringat di lehernya. Pak Mamut mengangguk lalu menyerahkan kamera yang tadi dipakai untuk memoto Iqbaal. Iqbaal meraih kamera itu dari tangan lelaki di hadapannya.

Aku mendekat ke arah Iqbaal, mengintip hasil jepretan Pak Mamut. Iqbaal memainkan bibirnya sambil melihat-lihat hasil fotonya. Ah lelaki ini kebiasaan, suka sekali memainkan bibirnya. Aku terkekeh pelan melihatnya. Mendengar itu Iqbaal melirikku. Aku menggelengkan kepala seolah mengatakan bukan apa-apa. Padahal karena lucu melihatnya yang memainkan bibirnya sendiri. Ah dasar aku suka sekali salah fokus! Niat hati memperhatikan hasil jepretan pak Mamut, malah asik sendiri menatap wajah Iqbaal yang berada di sebelahku.

"Berarti tinggal dipilihin sama diedit dikit yah?" tanya Iqbaal mengalihkan pandangan dari kamera di tangannya ke Pak Mamut.

Pak Mamut memganggukan kepalanya mengiyakan.

Iqbaal masih dengan kamera di tangannya memgarahkan lensanya kepadaku. Menyadari itu aku langsung membuat tanda peace dengan jariku. Iqbaal terkekeh pelan lalu mengusak poniku. Aku mendengus pelan.

"Baal?!" kataku menatapnya.

Sang empunya yang ditatap malah menjepret mukaku yang sedang sok ngambek itu. Aku memukul bahu Iqbaal pelan.

HAPPY CODA [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang