Rasanya sedikit sedih harus meninggalkan kota kenanganku dan Iqbaal.
Orang yang menyebut kota Yogyakarta kota istimewa memang ada benarnya. Bagiku kota ini sangat istimewa banyak sekali hal manis yang terjadi di kota ini. Tentang aku dan Iqbaal, sesuatu yang tak mungkin menjadi mungkin. Tentang mimpiku semua yang terwujud di kota ini. Dan mungkin tentang hari-hariku kedepan berawal dari kota ini.
Aku tidak mungkin melupakan kota yang begitu istimewa ini. Aku berjanji akan kembali lagi ke sini, ke kota Bude dan Pakdeku. Karena aku pikir aku akan merindukannya.
"Lubi kayanya keretanya sebentar lagi berangkat." ujar Pakde di sebelah Bude.
Aku melirik jam di pergelangan tanganku yang sudah menunjukkan pukul empat lewat tiga puluh sore.
"Oh yaa Pakde, Bude Lubi pamit pulang. Bude dan Pade sehat-sehat di sini. Kapan-kapan Lubi main lagi, makasih juga oleh-olehnya jadi ngerepotin." ujarku sambil menunjukan oleh-oleh titipan Bude dan Pade.
"Kapanpun kamu ke sini Bude bakal seneng. Kamu gak bareng sama pacar kamu itu siapa? Bude rasa dia mirip si Abdul—Dilan itu yang kemarin tayang di tv. Tapi rambutnya beda."
"Oh Iqbaal, dia bukan pacar Lubi Bude, temen. Bude bener dia jadi Dilan. Iqbaal udah pulang duluan kemarin naik pesawat ada kerjaan katanya, biasa bude orang sibuk." ujarku sambil menunjukan jejeran gigi putihku pada Bude.
"Walah-walah kamu gak bilang kalau temenmu iku artis cah ayu. Tau gitu Bude minta foto sama cah bagus, terus pamer ke temen arisan bude." ungkap Bude dengan raut wajah yang di buat kesal.
"Lubi kira Bude udah tau. Habis Iqbaalkan terkenal. Yaudah Lubi pamit mau ke peron soalnya udah diumumin kereta Lubi setengah jam lagi sampe. Ayo Bude, Pakde gantian main ke rumah Lubi." ajakku berjalan meraih tangan mereka menciumnya dan memeluk bude serta pakdeku.
"Ati-ati cah ayu. Kalau sudah sampe kabarin Bude sama Pakde yo?" sambil menyeka ujung matanya yang sedikit berair.
Aku mengangguk lalu melambaikan tangan pada pasangan suami istri itu dan perlahan menarik koperku berlalu dari hadapan Bude dan Pakdeku.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPY CODA [IDR]
Fanfiction[SELESAI] "Bukan ngelukis pake kuas Maisha Lubi. Kalo itu si gue yakin lo gak bisa. Senyuman lo yang dua hari ini udah ngelukis hidup gue. Kehadiran lo di Yogyakarta ini yang udah ngelukis memori yang gue rasa paling manis di hidup gue. Makasih yaa...