Pukul satu lebih lima menit dini hari aku sampai di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta. Aku diantar Mas Owen sekitar pukul dua belas lebih tigapuluh malam malam. Untungnya Mas Owen sedang baik jadi dia rela mengorbankan waktu tidurnya beberapa jam untukku. Bukan untukku si sebenarnya, tapi untuk Iqbaal— seseorang yang sudah dianggap seperti adik laki-lakinya mulai hari Iqbaal bertandang ke rumah dan ngobrol dengannya.
Entahlah obrolan apa yang membuat Mas Owen bisa langsung akrab dengan cowok itu. Aku juga gak tahu. Satu yang pasti mereka langsung klop aja waktu ketemu. Kaya udah kenal lama. Bahkan sepertinya Mas Owen lebih sayang padanya dari pada aku yang adik kandungnya sendiri. Menyebalkan! Lihat dia bahkan meluangkan waktunya untuk mengantar Iqbaal saudara yang baru ia angkat berapa hari lalu, lebih-lebih pukul dua belas malam pula. Waktu aku ke Yogyakarta ke stasiun pagi-pagi aja disuruh naik taxi online. Boro-boro nawarin nganter. Memang dasar Mas Owen pilih kasih.
"Terminal berapa dek katanya?" tanyanya menengok ke arahku.
"Tiga Mas."
Aku dan mas Owen langsung berjalan menuju terminal tiga. Mencari keberadaan Iqbaal dan orang-orang yang mengantarnya. Pandanganku berpendar mencari keberadaan mereka. Gotcha! Aku melihat punggung Rinrin si gadis keriting utusan minion vokalis svmmerdos tengah berdiri mengobrol dengan Agy dan Abuy. Aku juga melihat banyak lagi wajah yang sedikit asing berdiri diantara mereka sepertinya keluarga Iqbaal ikut mengantar juga.
"Nah tuh si Ubi jalar dateng juga." teriak Agy membuat semua yang ada di sana melempar pandangannya ke arahku yang melangkah di sebelah Mas Owen. Apa kata Agy? Ubi? Aku Ubi Jalar? Aku menghembuskan napas pelan. Benar-benar Agy sesuka hati mengganti nama orang, tapi hiraukan dulu Agy. Melihat tatapan orang-orang yang menatapku aku tersenyum lalu mempercepat langkahku bergabung dengan mereka diikuti Mas Owen di sampingku. Aku melakukan tos dengan tiga manuisa di depanku begitu juga Mas Owen.
"Mau nangis si Ibay dikira lo ga dateng. Liatin pintu terus nungguin lo." ucap Rinrin geleng-geleng kepala.
Aku cuma terkekeh lalu mencari keberadaan Iqbaal. Ternyata cowok itu tengah mengobrol dengan Bundanya. Tidak mau mengganggunya aku memilih mengobrol dengan Agy, Rinrin, dan Abuy.
"Kalian udah dari tadi?" tanyaku menatap Agy, Rinrin, dan Abuy.
Mereka serentak mengangguk. "Sepuluh menit lebih lah." jawab Abuy tersenyum menatapku.
Agy menyenggol bahuku. Aku menatap cowok itu dan menaikan alisku.
"Dipanggil Iqbaal tuh Bi. Mau dikenalin ke calon mertua kayanya." kata Agy diikuti kekehan Abuy dan Rinrin.
Aku mengalihkan atensiku mengikuti arah pandang ketiga orang yang sedang bersamaku yang ternyata tertuju ke arah Iqbaal yang tengah melambaikan tangannya tersenyum ke arahku. Aku balas tersenyum. Iqbaal menggerakan bibirnya dan tangannya menyuruhku bergabung dengannya. Aku menaikan alisku meyakinkan apakah yang kumaksud benar. Cowok itu malah melangkah menghampiriku.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPY CODA [IDR]
Fanfiction[SELESAI] "Bukan ngelukis pake kuas Maisha Lubi. Kalo itu si gue yakin lo gak bisa. Senyuman lo yang dua hari ini udah ngelukis hidup gue. Kehadiran lo di Yogyakarta ini yang udah ngelukis memori yang gue rasa paling manis di hidup gue. Makasih yaa...