21. Setelah Satu Purnama

384 34 2
                                    

"Sumringah banget itu muka mentang-mentang doi balik hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sumringah banget itu muka mentang-mentang doi balik hari ini." kata Bu Mamut menyenggol lenganku yang duduk di sebelahnya.

Aku cuma menggaruk tengkukku yang tak gatal sambil menyeringai, tertawa pelan.

Siang ini aku, Bu Mamut, Pa Mamut, dan Kak Omen berniat menjemput Iqbaal di Bandara. Rinrin,Agy, dan Abuy tidak bisa ikut karena di waktu yang sama mereka punya urusan masing-masing yang harus diselesaikan. Jadilah cuma kami berempat yang pergi menjemputnya.

Mobil yang kita tumpangi sudah terparkir jauh di sana. Kita berempat berjalan memasuki bandara. Aku tak henti-hentinya mengulum senyum, tak sabar melihat Iqbaal si bule pondok kopi.

"Jalannya jangan cepet-cepet Bi! Iqbaal aja belum sampe kayanya. Masih setengah jam lagi." tukas Bu Mamut yang berjalan di sebelah Pa Mamut.

Aku nyengir lebar menatapnya lalu sedikit memelankan langkahku, menunggunya supaya bisa satu langkah kembali. "Hehehe iya Bu." kataku yang sudah berjalan beriringan dengannya dan juga dua orang di sebelahnya.

"Taudeh yang udah pengen temu kangen." tukas Kak Omen mengalihkan atensinya dari ponsel di tangannya kepadaku.

Aku cuma menjulurkan lidahku. Ketiganya cuma geleng-geleng kepala menanggapinya.

"Daripada berdiri nunggu lama si Ibay. Mending nongkrong dulu aja." ajak Pa Mamut sambil menunjuk salah satu foodcourt di bandara.

Kita bertiga serentak mengangguk menyetujui saran Pa Mamut. Kita melangkah masuk ke dalam foodcourt yang Pa Mamut tunjuk tadi. Mata kami berpendar mencari posisi kursi yang enak setelah menuju kasir untuk memesan. Kami memilih bangku di ujung sana, dekat dengan pintu masuk.

"Atas nama Pa Imut?" kata Barista di sana sambil menyisir pandangan mencari sang punya nama.

Aku, Bu Mamut, dan Kak Omen tertawa mendengar itu. Pa Imut? Sejak kapan nama Pa Mamut jadi pak Imut?

"Imut dari mana? Sangar begini imut. Pa Mamut ganti nama pak?" tukas Kak Omen menepuk punggung pak Mamut.

Sang empunya cuma gelang-geleng kepala, tertawa pelan.

"Ibu aja yang ngambil. Malu aku." kata Pa Mamut sambil menyenggol lengan Bu Mamut.

Sebelum Bu Mamut menjawab aku bangkit dari dudukku. "Biar aku aja yang ambil Pak Imut! Eh salah Pa Mamut maksudnya." tukasku lalu menepuk bibir. Padahal tadi sengaja. Lagian mukanya Pa Mamut lucu banget waktu disebut Pa Imut.

Bu Mamut dan Kak Omen tertawa puas.

"Nakal kamu ya! Bapak bilangin Ibay ah." katanya membuat tawaku berhenti.

"Percuma pak bilang ke Ibay dia nakal. Ibay bakalan jadi sekutunya. Malah ikut manggil pak Imut." Sambar Bu Mamut.

Kami semua tertawa membayangkan.

HAPPY CODA [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang