12. Satu Kata Beribu Makna

354 34 0
                                    

Sepertinya sudah tujuh hari aku tidak bertemu langsung dengan Iqbaal, cowok itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepertinya sudah tujuh hari aku tidak bertemu langsung dengan Iqbaal, cowok itu. Terakhir kali kita bertemu langsung ketika pembuatan video klip 'Break My Walls'. Aku cuma liat-liat di sana gak bantu apa-apa. Cuma bantu ambil-ambil sesuatu yang ringan. HAHAHA. Lucu juga kalau diinget. Dari baju Rinrin yang sedikit kegedan jadi harus di jepit belakangnya. Agy yang ribet ngurusin rambutnya. Lapish si kucing lucu yang gerak-gerak waktu di syuting. Korek api yang susah nyala sampe take beberapakali biar anggelnya bagus. Banyak deh keribetan yang gak tersorot di sana. Tapi walaupun begitu gak disangka-sangka waktu video klip keluar nanti! BOM! Gila! Cakep banget jadinya, estetik banget. Pada gak nyangka juga kalau directornya si Max Tollenar a.k.a Iqbaal Ramadhan. HAHAHA. MAMA BANGGA PADAMU NAK!

Hari yang ditunggu-tunggu datang juga. Setelah kelahiran anak Svmmerdose yang bernama She/her/hers dua hari lalu, nanti malem tepatnya tanggal 10 Agustus bakal diadakan showcase, tasyakuran berkat lahirnya anak pertama mereka. Waw, kayanya bakal keren banget. Semoga aja semua yang datang bakal suka.

Aku melirik jam yang menggantung di dinding. Kalau gak telat harusnya Iqbaal datang menjemputku sepuluh menit lagi. Menyadari itu, aku langsung meraih slingbag yang menggelantung di besi putih lalu memasukan ponsel, liptint, dan keperluan lain ke dalam sana. Sebelum keluar kamar aku melirik kaca, menatap pantulan diriku, mengecek apakah sudah rapi dan sesuai. Aku tersenyum begitu menyadarinya. Sempurna.

Aku menuruni tangga dan mendapati cowok itu tengah mengobrol dengan Mas Owen dan Ibuku. Ternyata dia datang lebih awal. Kukira bakal ngaret.

"Nah tuh dia Fans kamu Baal." tukas Mas Owen melempar pandangan ke arahku.

Iqbaal terkekeh. Aduh, sepertinya aibku sudah terbongkar. Mulut Mas Owen kan kaya ember bocor. Aku memejamkan mataku. Meruntuki kesialan ini.

"Ngapain merem-merem di situ? Ini Iqbaal udah nunggu dari tadi loh Dek!"

Aku membelalakan mataku. Kalau tidak ada Iqbaal duduk di sana, ingin rasanya aku melempar Mas Owen dengan sling bag yang menggantung di bahuku. Sayangnya tidak bisa. Jadilah aku menumpahkan kekesalanku dengan cuma melototinya.

"Lubi suka gitu nak Iqbaal. Malu-malu kucing. Padahal dulu Ibu sampe bosen denger cerita tentang kamu. Apalagi kalau udah mulai halu. Ah malu Ibu nyeritainnya." kekeh Ibu menatapku sebentar lalu bergantian menatap Iqbaal.

Aku yang mendengar apa yang Ibu katakan mempercepat langkahku bergabung dengan mereka yang duduk di sofa. Takut Ibu makin ngelantur dan membuka aibku yang telah aku simpan rapat. "Ih ibuuu? Kan malu."

Ibu mengelus punggungku. "Sekarang karena udah temenan jadi jarang halu dia tuh. Ibu bersyukur banget. Gak nyangka juga halunya Lubi bisa jadi nyata. Jarang-jarang loh Dek fans bisa deket gini sama idolanya."

Iqbaal tersenyum menggeleng. "Malah Iqbaal yang lebih bersyukur Bu karena bisa kenal Lubi, salah satu fans Iqbaal yang unik."

"Ah kamu ini bisa aja Baal. Yaudah sana berangkat! nanti telat! Kamu kan harus siap-siap dulu? Iyakan?" tanya Ibu pada Iqbaal yang masih mengulum senyum tipis.

HAPPY CODA [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang