Setelah hampir setengah bulan melewati proses yang begitu panjang, art instalation Iqbaal akhirnya dibuka juga. Ini benar-benar keren menurutku. Aku bisa merasakan dan lebih memahami betapa pentingnya mental health setelah aku masuk ke ruangan yang dipenuhi foto, video, dan tulisan yang berkaitan dengan anxiety, salah satu penyakit mental health.
Iqbaal—cowok itu tersenyum puas melihat hasilnya. Ia berharap sesuatu yang ingin ia sampaikan dapat diutarakan lewat semua benda yang ada di dalam sana.
"Cie selamat ya pak! Akhirnya kesampaian juga bikin art instalation. Nyeni banget nih anak ilkomnya Monash University." ucapku menatap mukanya dari samping sambil merangkul pinggangya.
Cowok itu menyerongkan badannya menatapku. Kulihat mata cowok itu menyipit akibat senyum lebar yang terbit di mukanya. Ah aku jadi ikut bahagia melihatnya. Kenapa si bisa nular?
"Ini juga berkat dukungan kamu dan temen-temen. Kalau ada kata yang punya arti lebih dari makasih kayanya aku bakal pake itu. Terus bilang ke kamu dan semua orang yang mendukung aku. Sayangnya gak ada, jadi terpaksa aku bilang makasih lagi dan lagi." katanya merangkul punggungku erat.
"Makasih yah Ubiku, semestaku." lanjutnya mengusak puncak kepala.
"Dicariin! Taunya lagi ngebucin di sini. Taudeh yang udah jadian." tukas Bu Mamut yang berdiri di belakang kita berdua.
Mendengar suara perempuan itu aku dan Iqbaal saling bertatapan lalu terkekeh. Kami berdua lalu melangkah menghampiri Bu Mamut yang berdiri bersedekap dada lima langkah dari kami.
"Hehehe maaf Bu." ucapku menatapnya yang sudah berada di depanku dan Iqbaal.
"Harusnya Ibu yang minta maaf karena ganggu kalian. Iqbaalnya Ibu pinjem dulu ya Bi? Lima belas menit lagi acara pembukaan. Iqbaal siap-siap ke depan yah. Oh iya! abis itu nanti ada wawancara lima menitan paling, sama sesi foto sekalian." kata Bu Mamut menatapku lalu menatap Iqbaal, bergantian.
Iqbaal cowok berhodie abu itu mengangguk menyetujui. "Ibu keluar duluan aja, nanti Ibay nyusul. Lima belas menit lagi kan?" tanya Iqbaal sambil mengelus dagunya dengan tangan kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPY CODA [IDR]
Fiksi Penggemar[SELESAI] "Bukan ngelukis pake kuas Maisha Lubi. Kalo itu si gue yakin lo gak bisa. Senyuman lo yang dua hari ini udah ngelukis hidup gue. Kehadiran lo di Yogyakarta ini yang udah ngelukis memori yang gue rasa paling manis di hidup gue. Makasih yaa...