26. I Love You More Than Words

375 28 0
                                    

Aku mengucek mataku yang baru saja terbuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mengucek mataku yang baru saja terbuka. Ingatanku kembali pada kejadian tadi malam. Bukankah aku harusnya berada di ruang tengah mononton Mas Owen dan Iqbaal bertanding? Bagaimana bisa aku malah tidur di kamarku? Tiba-tiba pikiran itu muncul. Aku tersenyum geli. Apa mungkin cowok itu yang membawaku ke sini tadi malam? Aku menutupi wajahku yang sepertinya sudah memerah karena malu dengan perkiraanku sendiri. Senyumku luntur begitu muka Mas Owen muncul dalam bayanganku. Aku mengerucutkan bibirku ke depan. Ah tau ah!

Aku melirik jam weker di nakas yang sudah menunjukkan pukul setengah lima. Buru-buru aku bangkit dari dudukku bersiap melakukan ibadah jamaah dengan keluargaku. Aku meraih knop pintu membukanya.

Pintu berderit menampakan seorang laki-laki mengenakan baju koko putih juga sarung milik Kakakku dengan tangan yang tergenggam terangkat keatas, sepertinya dia mau mengetuk pintu kamarku. Cowok itu menurunkan tangannya lalu tersenyum lebar.

"Pagi Ubi! Niatnya mau aku bangunin buat sholat. Tadi disuruh Mas Owen. Eh taunya udah bangun! Anak pinter!" katanya tersenyum mengusak kepalaku.

Aku membulatkan mataku. "Wudhunya batal Baal! Atau kamu belum wudhu?" tanyaku padanya yang masih menaruh tangan kanannya di puncak kepalaku.

Lelaki itu menunjukkan jajaran giginya lalu menurunkan tangannya ke posisinya semula. "Belum kok. Niatnya ambil wudhu di bawah. Takutnya kelamaan, kamunya gak bangun-bangun waktu aku bangunin. Eh taunya udah. Yuk ke bawah yang lain udah nungguin."

Aku mengangguk menjawabnya. Kita berdua berjalan beriringan menuruni anak tangga menuju tempat sholat di rumahku.

"Giliran dibangunin pacarnya aja cepet!" ledek Mas Owen yang tengah menggelar sajadahnya di belakang Bapakku.

Semua melirik ke arahku dan Iqbaal yang refleks membulatkan mata mendengar ucapan Mas Owen.

"Loh kalian udah pacaran? Dari kapan?" tanya Mba Echa dengan muka terkejut.

Bukan aku atau Iqbaal yang menjawab, tapi kakak laki-lakiku yang super nyebelin. "Tadi malem di dapur sambil masak indomie. Kamu mau kan jadi semesetaku?" kekeh Mas Owen sambil mengecilkan suaranya meledek.

Iqbaal menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Aku menunduk karena malu. Ah Mas Owen ternyata nguping di dapur, pake pura-pura sok keselek indomie waktu Iqbaal bilang kalo aku pacarnya. Emang ya dasar kepo!

Bapak menatap Mas Owen. "Mending Iqbaal gentleman Mas, daripada kamu gak didor-dor! Ntar kelangkahan sama adiknya."

Semua terkekeh mendengar ucapan bapak, kecuali Mas Owen. Dia malah mengerucutkan bibirnya ke depan sambil menggaruk rambutnya yang tak gatal.

"Gih ambil wudhu kalian berdua." ucap Bapak melempar pandangan ke arahku dan Iqbaal.

Mendengar itu kita berdua segera mengambil air wudhu lalu menggelar sajadah di saf masing-masing.

HAPPY CODA [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang