Mobil Iqbaal sudah terparkir rapi di depan studio. Cowok itu menatapku. Lalu menaikan telunjuknya di depan bibirnya. Menyuruhku diam tidak membangunkan Rinrin. Aku mengangguk pelan menyetujuinya.
Aku dan Iqbaal sudah keluar dari mobil yang kita tumpangi tadi. Tawa kita pecah membayangkan ekspresi Rinrin yang bingung sendirian di dalam mobil. Iqbaal lagi-lagi menyuruhku diam, dia menggandeng tanganku. Mengajakku masuk ke dalam studio.
"Ngebucin dulu ternyata Bu anaknya. Pantes lama." ucap Agy bangkit dari duduknya menatap sosok yang dipanggil ibu lalu berjalan menyalami Iqbaal tak lupa tos ala mereka.
Agy menatapku, menyambut ramah, mengulurkan tangannya mengajak kenalan. "Agy!" katanya menampilkam behel di gigi putihnya.
"Lubi." kataku mengulum senyum.
"Jangan lama-lama Gy singanya ngamuk." tukas Kak Omen berdiri menghampiri kami, menyalamiku dan Iqbaal persis yang dilakukan Agy.
"Oh ini yang bikin Iqbaal kepincut di Yogayakarta." ucap Bu Mamut menyambutku ramah.
"Dinda Kamil, panggil aja Bu Mamut biar akrab." katanya mengelus bahuku.
"Lubi Bu." ucapku tersenyum menatapnya.
"Loh pecinta minion mana? Bukannya bareng lo?" tanya Agy melongok ke belakang mencari Rinrin yang masih tertidur di mobil.
Aku dan Iqbaal terkikik lirih. Membuat mereka menatapku dan Iqbaal menyeledik.
"IBAY SINI LO!" teriaknya sambil meraih gagang pintu dan melepas sepatu.
"Tuh orangnya Bu." ucap Iqbaal masih terkekeh memandang muka Rinrin yang masih bantal dan rambut yang sedikit awut-awutan.
"Ih Lubi juga ikut-ikut Ibay jahilnya!" ucapnya menepuk bahuku setelah menepuk bahu Iqbaal beberapa kali.
Aku mengangkat jari peace meminta damai sambil nyengir lebar.
"Kenapa si dateng marah-marah? Hmm?" tanya Bu Mamut merangkul Rinrin yang masih misuh.
"Masa Rinrin tidur ga dibangunin! Padahal kan udah sampe Bu! Nakal banget si Ibay!" sambil menunjuk Iqbaal dengan tatapan kesal.
Iqbaal masih tertawa. "Mana tega Bu, bangunin Rinrin yang mangap kaya dugong lagi di darat."
Semua menyemburkan tawanya mendengar jawaban Iqbaal. Rinrin makin kesal menjatuhkan tubuhnya ke sofa. "Males ah! Ga ada yang bela! Mogok nyanyi aku."
"Hayolo Ibay! Vokalis ngamuk! Minta maaf sana Bay." kata Agy memojokan Iqbaal.
Iqbaal mendengus pelan. Ia melangkah mendekat duduk di sebelah Rinrin.
"Apa lo deket-deket? Situ kenal?" tanya Rinrin mengalihkan muka.
"Maaf Rin? Yah? Besok gak lagi deh. Nyanyi yuk? Naga di perutkan udah kenyang."
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPY CODA [IDR]
Fanfiction[SELESAI] "Bukan ngelukis pake kuas Maisha Lubi. Kalo itu si gue yakin lo gak bisa. Senyuman lo yang dua hari ini udah ngelukis hidup gue. Kehadiran lo di Yogyakarta ini yang udah ngelukis memori yang gue rasa paling manis di hidup gue. Makasih yaa...