Iqbaal menghembuskan napas lega setelah menghadapi jurnalis yang menodongnya dengan banyak pertanyaan begitu sampai di Surabaya. Tenggorokannya bahkan terasa begitu kering sampai-sampai rasanya suaranya menjadi serak.
Ia tersenyum mengingat gadis yang ia sapa sebelum berangkat ke bandara. Mengingatnya, ia jadi lebih semangat untuk menebar cinta dan energi positif pada semua orang walaupun hari ini Surabaya begitu panas.
"Minum dek?" tanya Kak Omen menawarkan sebotol air mineral.
Cowok itu menangguk lalu meneguk air mineral yang diberikan Omen kepadanya.
"Nanti kita pergi ke makam pahlawan dulu, kasih penghormatan. Abis itu makan siang sama Gubernur Jawa timur." ucap Bu Mamut berdiri di sebelah Iqbaal.
Iqbaal, cowok itu menutup botol yang baru ia minum. Ia mengangguk- anggukan kepalanya.
"Bu ada notif di Hp Ibay gak?" tanyanya pada Bu Mamut karena ponselnyanya ia percayakan pada wanita itu selagi ia sibuk.
Bu Mamut menggeleng. Melihat itu Iqbaal mengangguk.
Kak Omen memegang bahu Iqbaal. "Paling Lubi udah tau Bay kamu sampe di sini dengan selamat. Dia kayanya join live falcon. Lagian diakan tau kamu sibuk jadi ga enak kayanya. Takut ganggu. Itu mungkin bisa jadi jawaban buat kamu. Kalau tujuan kamu nanya notif, buat tanya ada notif dari Lubi atau gak? "
Iqbaal terkekeh lalu meninju lengan Kak Omen. Ia mengangguk-angguk lalu melangkah pergi diikuti Bu Mamut dan Kak Omen begitu ada instruksi untuk segera meninggalkan bandara agar bisa melanjutkan aktivitas yang lain.
Serangkaian aktivitas sudah Iqbaal lewati. Kaos hitam yang tadi membalut tubuhnya kini berganti dengan batik merah. Sore ini akan diadakan konvoi mobil bersama pemain lainnya.
"Yaampun Nyo! cakep banget pake batik!" kata Tante Inne pemeran Nyai Antosoroh merangkul Iqbaal dengan hangat.
Cowok itu cuma tersenyum. "Annelis mana?" tanyanya menanyakan keberadaan Mawar Eva yang belum kelihatan batang hidungnya.
"Tuh udah duduk di mobil duluan. Yuk kita ke sana?" ucapa Tante Inne sambil menggandeng lengan Iqbaal.
"Sinyo duduknya di depan, biar Mama temani Annelis di belakang. Ya Ann? Gak papakan Mas Minkemu duduk di depan?" goda Tante Inne menatap Mawar.
Cewek itu cuma mengulum senyum mengangguk.
Acara konvoi mobil dimulai. Penonton berdiri memanjang dipinggir jalan sambil sesekali memanggil nama pemain yang mereka idolakan. Iqbaal bangkit dari duduknya. Ia berdiri diatas mobilnya yang beratap terbuka. Tangannya ia lambaikan menyapa para penggemarnya yang rela berpanas-panasan demi dirinya. Ia makin terkekeh begitu mendengar teriakan-teriakan lucu dan cempreng dari mulut mereka. Ah rasanya hatinya menghangat melihat ketulusan mereka. Iqbaal juga kadang berpikir, membayangkan rasanya jadi mereka yang rela berdesak-desakkan demi melihatnya manusia yang masih banyak sekali kurangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPY CODA [IDR]
Fiksi Penggemar[SELESAI] "Bukan ngelukis pake kuas Maisha Lubi. Kalo itu si gue yakin lo gak bisa. Senyuman lo yang dua hari ini udah ngelukis hidup gue. Kehadiran lo di Yogyakarta ini yang udah ngelukis memori yang gue rasa paling manis di hidup gue. Makasih yaa...