38. The Only Reason

272 28 1
                                    

Selepas kejadian aku menangis di depan Iqbaal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selepas kejadian aku menangis di depan Iqbaal. Cowok itu beberapa minggu ini jadi lebih sering mengajakku jalan ke luar atau sekedar main di rumahku jika jadwalnya sedang kosong.

Kadang-kadang juga mengajakku main ke rumahnya. Ngobrol atau memasak bersama Bunda Iqbaal, dengerin cerita Teteh tentang kehidupan barunya selama lima bulan terakhir, makan kue kering oleh-oleh dari Ayah Iqbaal kalau habis pulang dari luar kota, dengerin lawakan garingnya Iqbaal, cerita-ceritanya Iqbaal, bertukar pikiran sama Iqbaal, sampai ngobrolin hal yang gak penting yang kadangkala bikin kita lupa waktu saking serunya.

Aku tau itu semua Iqbaal lakukan supaya aku lupa dengan hal-hal yang menggangguku selama hampir sebulan ini. Dia memang pacar yang perhatian. Pacar yang mengerti apa yang sedang aku butuhkan dan aku sangat menghargai yang dia lakukan untukku.

Aku menatap kalender yang ada di nakas. Senyum rekah di bibirku. Satu hari lagi adalah hari bersejarah bagi cowok itu. Awal dari semua kisah hidupnya dimulai. Hari dimana ia pertama kali melihat dunia, mendengar suara Bunda; Ayah ; Teteh. Yap! besok adalah tanggal 28 Desember! Hari ulang tahun Iqbaal!

Aku sangat bersyukur Tuhan telah menciptakannya. Membuatnya lahir ke dunia lewat Bunda. Sampai akhirnya bertemu denganku di bumi. Mengisi hari-hariku yang kelabu lalu merubahnya menjadi banyak warna.

Ah mimpi apa aku bisa berpacaran dengannya? dengan pemuda impian banyak kaum hawa yang ada di Indonesia. Nyatanya Iqbaal memang patut untuk jadi kekasih impian para perempuan. Bagaimana tidak? Dia adalah cowok yang sangat boyfriend material menurutku. Dia punya banyak hal yang perempuan impikan. Dari sikapnya, kecerdasannya, agamanya, dan banyak lagi. Menurutku hampir semua kriteriaku ada di Iqbaal. Beruntungnya aku mendapat kesempatan itu.

Rencananya hari ini aku akan membeli hadiah untuk ulang tahunnya yang tinggal satu hari lagi. Untungnya tepat di hari ini juga Iqbaal tak mengajaku untuk menemaninya karena cowok itu punya jadwal yang lumayan padat. Katanya kalau aku ikut takut bosan dan capek. Jadi lebih baik tinggal di rumah, itung-itung me time. Jadi aku tak usah repot-repot bohong padanya.

Pintu kamarku berderit menampakan muka Mbak Echa. "Mas Owen ga bisa nemenin kamu Bi. Barusan ada meeting mendadak." ucapnya melirikku yang tengah memakai liptint.

Aku menaikan alisku. "Terus Mbak Echa ngapain di sini? Bukannya harusnya nyabutin gigi pasien?" kekehku padanya.

Mbak Echa bersedekap dada. Cewek itu memutar matanya. "Mbak Echa gak jadi ke rumah sakit. Ternyata salah liat jadwal. Itu jadwal bulan lalu." ucap Mbak Echa diam sebentar.

Aku tertawa pelan.

Mendengar itu kakak perempuanku yang kini berdiri di depanku menatap tajam ke arahku. Akupun mengangkat dua jariku, mengajak damai.

"Ah kamunya nyebelin Bi! Ga jadi deh ngomongnya." ungkapnya menatapku.

"Orang Lubi gak ngapa-ngapain juga!"

HAPPY CODA [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang