Explore instagramku dipenuhi dengan foto-foto poster dan triler film Iqbaal yang akan rilis pertengahan Februari nanti. Bahkan beberapa ada yang mengetagnya ke akunku. Semua pasti tau apa? Yah Milea Suara dari Dilan. Kalau dibilang tidak cemburu melihat poster dan chemistry mereka dalam kedua film yang sudah tayang ditambah satu film yang akan tayang nanti itu artinya aku sedang bohong. Ada rasa sesak menelikung hatiku. Lebih-lebih membaca caption yang dibuat para penggemar mereka yang menginginkan keduanya ada di dunia nyata. Bukan sebagai Dilan dan Milea dengan sad endingnya, tapi sebagai Iqbaal dan Vanesha dengan happy endingnya.
Bagaimanapun aku adalah seorang perempuan yang lebih menggunakan perasaan daripada logika. Membaca dan melihatnya membuat hatiku sedikit nyeri dan membuat moodku perlahan hancur. Lebih-lebih sekarang aku sedang kedatangan tamu bulanan yang membuatku jauh lebih sensitif dari biasanya.
Merasa kurang enak melihat semua ini aku memutuskan untuk log out dari instagramku. Berharap rasa cemburu yang menyerangku itu hilang menguap terbang ke tempat yang akupun tak tahu letaknya agar rasa itu tak hinggap lagi di dadaku.
Aku rebah di kasur, menatap langit-langit kamar. Pikiran negatif yang harusnya tidak ada di kepalakupun tiba-tiba menyerangku. Bayangan-bayangan jelek tentang bagaimana akhir hubunganku dan Iqbaal tiba-tiba berputar-putar di sana. Aku menggeleng kencang. Menyangkal semua itu.
Aku harus menyibukan diri. Jangan sampai semua hal negatif itu menguasai diriku. Dengan perasaan tidak karuan dan perut sedikit sakit karena datang bulan aku terpaksa harus keluar dari kamar untuk menghilangkan atmosfer yang bagiku menyeramkan.
Tak ada siapapun di ruang tengah. Aku hanya menemukan TV yang menyala tanpa ada yang menonton. Kujatuhkan bokongku di sofa, menatap kosong iklan di tv. Aku menghembuskan napas sedikit kasar. Atmosfer negatif itu masih bersemayam dalam diriku. Puncaknya ketika ada sebuah iklan yang menayangkan triler film Iqbaal yang baru. Sebelum triler itu selesai aku sudah mematikan TV di depanku itu lebih dulu sehingga yang kutonton sekarang cuma layar hitam tanpa gambar dan suara.Tanpa aku sadari cairan bening menetes dari mataku. Aku mengusapnya dengan kasar. Kenapa aku jadi lemah gini si?!
Rasa sakit di perutku membuatku terpaksa berbaring di sofa. Aku menarik napas lalu membuangnya, mencoba menghilangkan nyeri di perutku. Keringat dingin keluar mengucur membasahi pelipis dan tanganku. Aku meremas bantal yang ada di genggamanku, melampiaskan rasa sakit itu. Rasanya sudah lama aku tidak merasakan nyeri yang seperti ini.
"Yaampun non? Non kenapa?" tiba-tiba suara Mbak Onah terdengar di balik sofa. Aku yang memejamkan matapun membuka mataku menatap Mbak Onah yang sekarang berdiri di sampingku.
"Tamu bulanan mbak." kataku lirih.
"Kamu tunggu sini yah? Biar Mbak Onah buat kompresan hangat buat perut." katanya lalu berlalu dari hadapanku setelah mendapat anggukan lemah dariku.
Tak sampai lima menit Mbak Onah datang lagi sambil membawa botol berisi air hangat untuk aku tempelkan di perut supaya lebih rileks.
"Makasih Mbak Onah." kataku tersenyum tipis sekali padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPY CODA [IDR]
Fanfiction[SELESAI] "Bukan ngelukis pake kuas Maisha Lubi. Kalo itu si gue yakin lo gak bisa. Senyuman lo yang dua hari ini udah ngelukis hidup gue. Kehadiran lo di Yogyakarta ini yang udah ngelukis memori yang gue rasa paling manis di hidup gue. Makasih yaa...