Suara derap langkah terdengar di telinga Iqbaal. Iqbaal yang menunduk mendongakan kepalanya. Berharap itu suara langkah Lubi, tapi ternyata bukan. Itu Pakde Lubi. Iqbaalpun bangkit dari sofa. Memyambut Pakde, menyalaminya.
"Loh cah bagus. Udah lama di sini?" tanya Pakde.
"Udah tiga jam di sini. Nungguin Lubi." sambar Bude ikut bergabung dalam obrolan.
"Loh kenapa ga ditelepon?"
"Nak Iqbaal gak bawa HP saking buru-burunya ke sini. Jadi gak ngabarin Lubi dia mau ke sini. Ternyata Lubi sama Mas Naka pergi. Tapi Ibu ga tau kemananya."
"Terus tadi Ibu telepon Mas Naka sama Lubi, tapi gak aktif. Jadi Ibu suruh Cah Bagus nunggu di sini. Siapa tau bentar lagi pulang. Tapi ini malah lama banget. Mereka berdua kalo udah main pasti lupa waktu sama lupa rumah." lanjut Bude menatap Pakde di sebelahnya.
Pakde terkekeh. Ia menjatuhkan bokongnya di sofa depan Iqbaal. Lelaki itu menatap Iqbaal yang masih berdiri, menyuruhnya duduk kembali.
"Yang sabar ya nak Iqbaal, Naka sama Lubi kalau udah berdua satu Yogyakarta bisa dikelilingin. Bisa-bisa bahkan sampe malam."
Iqbaal tersenyum mengangguk.
"Tadi mereka berdua ga pamitan ke Bapak? Bukannya sebelum mereka pergi Bapak masih di rumah?" tanya Bude yang duduk di sebelah Pakde.
"Waktu Bapak mau berangkat mereka berdua cuma ngasih tau mau main, tapi gak ngasih tau tempat yang spesifik." jawab Pakde menatap Bude.
Iqbaal menghembuskan napasnya pelan.
"Coba Pakde telepon lagi ya nak Iqbaal? Siapa tau pake HP Pakde jadi nyambung." kekehnya menghibur Iqbaal yang gusar menunggu.
Iqbaal cuma bisa tersenyum dan mengangguk.
"Ndak usah pak! Ternyata si Naka udah bales ini. Katanya lagi makan di McD Malioboro."
Mendengar itu senyum Iqbaal mengembang.
"Tapi katanya pulangnya maleman. Ada satu tempat lagi yang mau Lubi datengin." tukas Bude.
"Mau Bude bilangin suruh pulang sekarang? ada yang mau ketemu?" tanya Bude menatap Iqbaal.
"Mending gak usah. Biar Cah Bagus susul aja langsung ke tempat yang mau mereka datengin. Hitung-hitung kejutan. Lubi pasti bingung sekaligus seneng nanti." sambar Pakde menatap Iqbaal.
Iqbaal menggigit bibir bawahnya. "Apa Lubi bakal nerima kehadiran Iqbaal yang jelas-jelas udah bikin dia sedih sampe lari ke sini Bude?"
Bude menatap Pakde. Ia tersenyum menatap Iqbaal. "Kamu tahu kenapa Lubi dateng ke Yogyakarta?"
Iqbaal menggeleng. "Gak tau Bude."
Bude mengulum senyum. "Ya alesannya kamu Baal."
Iqbaal membulatkan matanya. Ia menunjuk dirinya sendiri. Bude mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPY CODA [IDR]
Fiksi Penggemar[SELESAI] "Bukan ngelukis pake kuas Maisha Lubi. Kalo itu si gue yakin lo gak bisa. Senyuman lo yang dua hari ini udah ngelukis hidup gue. Kehadiran lo di Yogyakarta ini yang udah ngelukis memori yang gue rasa paling manis di hidup gue. Makasih yaa...